Oleh: Agus Ismunarno
Wartawan LASPELA Media Group
MASJID JAMIK yang berada di pusat Kota Pangkalpinang dibangun di atas tanah seluas 5.662 m2 dan berkapasitas 2.000 hingga 2.500 jamaah.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung H Erzaldi Rosman, Wagub H Abdul Fatah dan Sekda H Yan Megawandi akan menunaikan Sholat Idul Fitri 1439 H/2018 M Jumat (15/6-2018) pukul 07.00 di mesjid tertua dan terbesar di Pangkalpinang itu.
Masjid Jamik Pangkalpinang memiliki tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk sholat, pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya.
Lantai kedua digunakan untuk perpustakaan dan untuk menyimpan Kitab Kuning dan benda lainnya. Sedang lantai ketiga digunakan oleh muazzin untuk mengumandangkan azan.
Ikon dan Cagar Budaya
Masjid Jamik merupakan ikon religi dan menjadi cagar budaya di Kota Pangkalpinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Masjid Jamik, terletak di jalan Masjid Jamik dan merupakan salah satu masjid terbesar dan tertua di Pangkalpinang.
Masjid Jamik dibangun pada 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan 18 Desember 1936 H. Catatan historis itu tertera berupa tulisan pada meja marmer putih di pekarangan depan masjid sekarang.
Luas Masjid Jamik sekitar 900 m². Kini berdiri pula Gedung Serba yang terletak antara Masjid Jamik dengan Sungai Rangkui.
Keunikan Masjid Jamik
Keunikan Masjid Jamik antara lain antara tangga depan (berbentuk setengah lingkaran) dengan atap dihiasi oleh tiang penyangga (ukuran kecil) berjumlah 5 tiang.
Makna dari salah satu keunikan ini dimaknai sebagai Rukun Islam. Sedang antara tembok depan dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga kecil sebanyak 6 buah (3 sebelah kanan dan 3 sebelah kiri), dimaknai sebagai Rukun Iman.
Selain itu Masjid Jamik memiliki empat tiang utama sesuai jumlah Khalifaturrasyidin, lima pintu masuk 3 di depan dan 1 di samping kiri dan 1 di kanan serta terdiri atas 3 undakan atau tingkatan dengan satu kubah dan satu menara.
Masjid Jamik yang berdiri di dekat Sungai Rangkui dan terletak di Jl Masjid Jamik merupakan mesjid yang ramai dikunjungi setiap harinya khususnya pada bulan Ramadhan dan hari-hari besar Islam.
Masjid Jamik nyaman dan bersih dengan sirkulasi udara yang berasal dari konstruksi jendelanya yang besar-besar dengan atap yang tinggi. Tanpa AC pun, para jamaah tidak kepanasan.
Pada tahun 1950, masjid ini direnovasi dengan dana gotong royong masyarakat setempat.
Wapres Mohammad Hatta saat itu turut membantu biaya pembangunan masjid dengan sumbangan Rp 1.000.
Tahun 1954, renovasi masjid ini selesai dan diresmikan kembali pada tahun 1961.
Salah satu kegiatan budaya Melayu yang digelar di hotel ini adalah kegiatan barzanji. Kegiatan lain si antaranya majelis taklim dan TPA untuk anak-anak.
Selama Ramadhan Masjid Jamik menyelenggarakan tadarus rutin setelah salat tarawih dan tausyiah. (*)