MERAWANG, LASPELA – Guru Besar Bidang Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) UBB, Prof Dr Ibrahim Bintang mengajak masyarakat Babel untuk lebih memahami politik identitas yang menjadi sebuah persoalan akut.
Hal ini disampaikan Prof Dr Ibrahim dalam pidato pengukuhan guru besar dengan tema “Kontestasi Elektoral dalam Bayang-Bayang Politik Identitas: dari Instrumentasi, Inosensi, ke Konsolidasi Demokrasi” yang disaksikan ribuan tamu undangan di halaman gedung Rektorat UBB, Rabu (25/1/2023).
“Hal ini tentu akan melanda problem interitas bangsa apabila tidak diseriusi. Karena identitas setiap orang punya dan boleh memainkan politik identitas. Namun, yang tidak boleh politisasi identitas untuk kepentingan kekuasaan jangka pendek yang menjadi musuh untuk kepentingan kursi kekuasaan yang harus dihindari,” jelas Ibrahim.
Dikatakan Ibrahim, apalagi di tahun 2024 mendatang akan dilaksanakan pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) termasuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menjadi perhatian berbagai pihak.
“Saya melihat sekarang isu politik saat ini mulai panas, bahkan sebelum ada calon yang dinyatakan secara permanen sebagai definitif calon, sudah muncul kondisi di mana grup WA mulai ada hujatan, pembelaan dan saya lihat politik identitas ini akan terkluster dua, yakni mereka yang menyebut nasionalis dan agamis,” ujarnya.
Lanjutnya, sebuah problematika kebangsaan yang sepertinya amat sangat penting untuk dicermati bersama, karena menyangkut banyak hal. Baik menyentuh aspek individual, komunal maupun nasional.
“Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dalam setiap gelaran pemilu/pilkada, identitas selalu menjadi persoalan krusial karena menjadi alat mobilisasi isu yang amat riskan untuk menimbulkan keretakan sosial di tengah-tengah kita,” ungkapnya.
Menurutnya dalam dunia politik elektoral, identitas menjadi atribut dalam Pemilu. Setiap orang punya dan boleh memainkan politik identitas, tetapi tidak boleh politisasi identitas untuk kepentingan kekuasaan jangka pendek yang menjadi musuh untuk kepentingan kursi kekuasaan.
“Silahkan berpolitik secara identitas, tapi jangan melakukan politisasi identitas untuk kepentingan kekuasanan jangka pendek,” pesannya.
Ibrahin juga menambahkan, mungkin banyak pihak yang tidak menyadari bahwa politik identitas dalam politik elektoral akan berdampak pada aspek kehidupan lainnya, yang berpotensi bergeser dari produk politik menjadi produk keseharian dan pada titik ini disadari juga bahwa politik identitas bersifat destruktif.
“Pada dimensi yang lebih luas, politisasi identitas terkoneksi oleh gagasan idealisasi demokrasi, dimana kita sejauh ini menyepakati bahwa ruhnya masih harus kita perjuangkan,” tuturnya.
Oleh sebabnya, ia menaruh perhatian pada isu ini. Disamping karena ia menjadi salah satu kajian utama pada riset-riset yang dilakukannya.
“Saya ingin sekali mengajak kita semua untuk memahami setiap proses politik, baik elektoral maupun non elektoral, secara objektif,” tutupnya.(chu)