Oleh : Wina Destika
PANGKALPINANG, LASPELA – Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman didampingi Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Juaidi, melakukan video conference dengan Dewan Pakar DPP LDII, pada Rabu (20/5/2020) di Ruang Rapat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam vicon ini dibahas mengenai budi daya ubi super, kopi, dan kelapa kopyor yang akan dikembangkan di Bangka Belitung. Erzaldi menyatakan rasa senangnya bisa bekerja sama dengan DPP LDII ini, bersama pakar di bidangnya.
Dalam pengembangan budi daya komoditi ini nanti, Erzaldi berharap dapat bermitra dengan masyarakat sehingga ini bisa menjadi wadah pemberdayaan masyarakat yang akan memberi manfaat luas bagi masyarakat juga sekaligus meningkatkan produksi komoditi pangan.
Diungkapkannya bahwa di Bangka Belitung ini sebetulnya banyak lahan yang bisa dimanfaatkan, namun dirinya menahan diri agar lahan ini tak dikelola pihak swasta. Namun, dirinya sangat terbuka jika lahan ini dikelola organisasi kemasyarakatan untuk memberdayakan masyarakat, dengan lebih mengedepankan masyarakat untuk ikut di dalamnya dengan dipayungi dan diadvice tim LDII.
“Saya ingin kita di samping mengajak orang menanam, kita juga menanam dan mengolah sendiri di kebun inti, nantinya kebun inti kita ini akan menjadi sarana pelatihan percontohan bagi masyarakat yang ingin bertani, yang utama juga harus ada offtaker (penjamin pembelian hasil petani),” ujar Erzaldi.
Erzaldi juga menegaskan agar Dewan Pakar DPP LDII segera menentukan komoditi apa yang akan ditanam, sehingga nanti pihak Pemprov Babel akan menunjukkan lokasi, dan kemudian mempersilakan untuk diteliti dulu lahannya apakah cocok dengan komoditi yang ingin ditanam.
“Kelapa kopyor ayo, peternakan juga dipikirkan, terutama tolong ditilik beberapa produk jangka pendek yang kurang dari enam bulan sudah ada hasilnya. Kemudian produk jangka menengah yaitu bisa dipanen satu tahun sekali dan produk jangka panjang yang bisa dipanen dalam kurun waktu tiga tahun, kemudian setahun, kombinasi ini harus kita terapkan,” jelasnya.
Selain itu, Erzaldi ingin agar apapun jenis komoditi yang ditanam dapat dimanfaatkan dengan sistem zero waste, artinya semua yang dihasilkan bermanfaat, dan ditambahkannya bahwa Bangka Belitung saat ini ada program swasembada daging.
“Saat ini ketersediaan daging untuk pasar Jakarta saja masih kurang, jika memungkinkan, jika bapak-bapak punya teknologi dan SDMnya, kami di sini memiliki lahan padang pengembalaan kawasan hutan yaitu di daerah Bangka Barat di Desa Kundi dan sekitarnya dan ini bisa kita manfaatkan. Langsung saja kita sajikan lahan ini, kita lihat cocok apa tidak, Pemprov Babel akan support termasuk hal perbankan. Sayang sekali jika lahan ada, namun tidak dimanfaatkan, kami di sini hanya terkendala tidak ada ilmu dan modal. Intinya kami siap dengan lahan, dan masyarakat tentu akan menerima,” tuturnya.
Ketua Umum LDII, Prof. Abdullah Syam menyambut gembira mengenai tersedianya lahan 200 hektar yang merupakan hutan tanaman industri yang merupakan habitat yang cocok untuk kelapa kopyor, cassava, ataupun kopi sebagai komoditi pangan.
Prof. Sudarsono memaparkan bahwa kelapa kopyor merupakan kelapa eksotik asli Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi yang ternyata di beberapa kota besar termasuk di Jakarta, menjadi salah satu komoditas yg dicari. Di tingkat petani di Jawa Tengah bisa dihargai antara 15-20ribu tergantung ukuran buah.
Saat ini secara georgrafis, kelapa kopyor menyebar di Kalianda, Lampung Selatan; Tangerang dan Bogor, Jawa Barat; Pati, Jawa Tengah; Jember, dan Sumenep, Jatim.
Dijelaskannya bahwa kelapa kopyor juga cocok di Babel sebagai daerah pantai dan berpasir, dan bisa dipadukan dengan pertanian terpadu misalnya kopi dan ternak yang kotorannya bisa diolah sebagai pupuk organik, dan tanaman kopyor ini ditargetkan untuk daerah wisata, sehingga bisa jadi daya tarik orang untuk melihat objek wisata juga sambil menikmati kelapa kopyor.
Sementara itu, Prof. Rubiyo dari Dep. Litbang Iptek DPP LDII, mengatakan untuk optimalisasi lahan dan daya saing komoditas dirinya menawarkan tumpang sari berbasis kopi, cabe jawa (cabe jamu) dan kapulaga yang menguntungkan secara ekonomi dan juga aman secara ekologi.
Dirinya melihat Babel terkenal dengan kopi, tetapi kopinya masih diambil dari daerah lain, ini secara ekonomi belum menguntungkan, sehingga bisa dicoba untuk menanam kopi dan ditumpangsarikan
Menanggapi paparan para Dewan Pakar DPP LDII, Kepala Dinas Pertanian Babel, Juaidi ingin agar model pengembangan kawasan yang perlu dikembangkan yaitu berbasis kelompok, karena kalau terpencar tidak akan efektif. Menurutnya, sesuai arahan Gubernur Erzaldi nanti ditentukan wilayah mana yang cocok untuk kelapa kopyor, dan ini juga harus terakurasi secara kelembagaan yang mengurusi.(wa)