TOBOALI, LASPELA – Pasang air Laut mengancam area persawahan di Desa Rias, Toboali, Bangka Selatan, Bangka Belitung.
Para petani sawah sudah tiga malam menunggu sawahnya karena takut merendam sawah mereka.
Masuknya air laut ke sawah milik petani ini karena siring yang tidak ditutup, sehingga sawah milik petani kebanjiran air laut.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rezeki 1, Muslimin mengatakan, pihaknya bersama beberapa petani lainnya sudah tiga malam menunggu sawah karena air asin yang masuk ke persawahan karena air pasang laut.
“Di bulan ini setiap malam air laut selalu masuk ke saluran siring, sehingga masuk air asin masuk ke area sawah,” katanya, Rabu (18/6/2025).
Ia menyebut, sebenarnya siring dekat sawah miliknya dan petani lainnya itu tidak ada, tetapi karena sawah yang berada di seberang jalan tersebut kerap terjadi banjir air tawar maka atas permintaan dari ketua Gapoktan dibuatlah siring agar sawah tidak banjir.
Tetapi gara-gara siring ini lah sawah beberapa petani di deretan tersebut kemasukan air laut ketika pasang yang bercampur dengan Air tawar.
“Berawal dari adanya siring ini, beberapa sawah milik petani akhirnya kemasukan air laut, apalagi sedang di masa tanam,” sebutnya.
Akibat msuknya air laut ini sawah para petani ini otomatis langsung menguning dan merugikan para petani. Namun, pihaknya biasanya membersihkan sisa air asin tersebut dengan membanjiri sawah menggunakan air tawar, atau istilahnya membilas.
“Tapi tetap saja pertumbuhan padi tidak maksimal, apalagi pemakaian pupuk juga ikut meningkat,” ujarnya.
Menurut dia, seharusnya penanganan ini dengan membangun siring beton yang ujung alirannya antara sungai besar diberikan pintu air. Apabila air laut mulai pasang maka tinggal menutup saja pintu tersebut, dan apabila kebanjiran sawahnya karena air tawar saja dan pihaknya juga telah menyiapkan tempat pembuangan airnya.
“Kami menyarankan agar aliran air ini di pasangi dengan pintu air, sehingga apabila air laut mulai pasang maka pintu tersebut bisa kami tutup,” ucapnya.
Apabila dalam waktu dekat ini tak ada tindak lanjutnya dari Pemerintah, para petani yang terdampak air laut ini akan menutup aliran air tersebut, tapi berdampak pada sawah yang diseberang, karena sudah pasti akan kesulitan dalam membuang air apabila terjadi banjir.
“Kami yang mengalami kerugian karna air laut, tidak ada yang memikirkan kami, lebih baik kami tutup saja, terserah dengan sawah diseberang kami mau bagaimana membuang airnya,” pungkasnya. (Pra)
Leave a Reply