PANGKALPINANG, LASPELA – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang, Eti Fahriaty, menyampaikan keinginan dan harapannya menjelang masa purnatugasnya pada akhir Juli ini.
Di tengah keterbatasan anggaran, Eti tetap menegaskan bahwa gerakan literasi tidak boleh berhenti, dan perpustakaan harus tetap aktif sebagai pusat kegiatan masyarakat.
“Alhamdulillah, saya bersyukur karena sampai akhir masa jabatan ini, kami masih terus bergerak meski dengan anggaran yang minim. Saya selalu katakan, keterbatasan dana tidak boleh menjadi alasan untuk berhenti berinovasi,” ujarnya, Senin (30/6/2025).
Salah satu kegiatan yang menjadi
kebanggaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan selama kepemimpinannya adalah Gebyar Puisi, yang rutin digelar setiap momen Hari Kemerdekaan Indonesia. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan masyarakat umum, tetapi juga mengajak berbagai kalangan untuk menumbuhkan minat terhadap literasi.
“Setiap 17 Agustus kami selalu mengadakan Gebyar Puisi. Pesertanya bisa mencapai 50 orang dari berbagai latar belakang. Ini jadi momen yang luar biasa karena semua bisa ikut merayakan kemerdekaan lewat puisi,” tambahnya.
Hal yang istimewa terjadi pada perayaan HUT RI tahun lalu, ketika seluruh pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Pangkalpinang ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.
Masing-masing pejabat membacakan puisi dengan gaya mereka sendiri. Menurut Eti, antusiasme dan apresiasi dari masyarakat sangat tinggi terhadap kegiatan tersebut.
“Ternyata banyak dari pejabat kita yang punya bakat berpuisi. Mereka tampil dengan gaya masing-masing, dan itu menjadi daya tarik tersendiri. Saya harap kegiatan seperti ini bisa terus dilanjutkan meskipun saya sudah pensiun nanti,” harapnya.
Eti juga menyampaikan pesan tegas kepada para pegawai di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan agar tidak menjadikan tempat tersebut sebagai ‘tempat buangan’.
Ia menolak sikap pasif dan mendorong semua staf untuk tetap produktif.
“Jangan pernah merasa nyaman hanya karena berpikir di sini tidak banyak kegiatan. Kalau ada yang merasa dirinya tidak dibutuhkan dan tidak mau bekerja, berarti benar kalau dibilang dinas ini tempat buangan. Tapi saya tidak mau seperti itu,” tegasnya.
Baginya, semangat dan niat untuk menggerakkan perpustakaan dan literasi jauh lebih penting daripada bergantung pada anggaran.
Ia ingin budaya kerja aktif dan kreatif tetap tertanam dalam dinas yang telah ia pimpin.
“Walau tidak punya dana, bukan berarti kita berhenti. Kita harus berpikir dan bertindak untuk kemajuan perpustakaan dan literasi anak bangsa. Jangan hanya datang, duduk, diam, lalu pulang. Itu bukan cara kerja yang saya harapkan,” tutup Eti. (dnd).
Leave a Reply