Lagi Tren! Coffeeshop Menjamur, Jadi Tempat Favorit Kerja dan Healing

Coffeeshop kini menjadi tempat nongkrong asyik Gen Z di Kota Pangkalpinang. (Foto: instagram kinikawacoffee)

PANGKALPINANG, LASPELA — Kalau dulu ngopi identik dengan warung kopi di pinggir jalan atau sekadar untuk ‘ngilangin ngantuk’, sekarang tren itu sudah berubah total, terutama di Kota Pangkalpinang.

Belakangan ini, kota kecil di Bangka Belitung ini mulai dipenuhi oleh coffeeshop kekinian dengan konsep yang nggak kalah keren dari kota-kota besar.

Tingginya antusiasme generasi muda terhadap tempat nongkrong yang nyaman, estetik, dan tentu saja punya kopi enak, jadi celah bisnis yang sangat potensial. Banyak anak muda, bahkan pelaku UMKM dan investor lokal mulai membuka kedai kopi modern, lengkap dengan desain minimalis, live music, coworking space, sampai spot instagramable. Tak heran, jika kini coffeeshop mulai menjamur, hampir di setiap kecamatan dan sudut keramaian selalu ada coffeeshop yang menjadi pusat berkumpulnya gen z.

Suasana yang asyik dan instagramable menjadi daya tarik pengunjung. (Foto: @d.labcoffeeatery)

Dari pusat kota sampai pinggiran, tempat ngopi makin menjamur. Mulai dari gerai kecil berbasis komunitas, sampai kafe-kafe yang sudah punya cabang di luar kota. Pangkalpinang kini jadi rumah bagi puluhan coffeeshop yang berlomba menyajikan kopi nikmat, suasana nyaman, dan tentunya koneksi WiFi kencang—syarat wajib tongkrongan era digital.

Baca Juga  Sengketa Pulau Tujuh Tak Kunjung Selesai, Hidayat Arsani: Kalau Bukan Hak Kita, Serahkan pada yang Berhak

Gaya Hidup dan Peluang Pasar

Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat. Ngopi kini sudah jadi bagian dari gaya hidup, terutama bagi kalangan milenial dan Gen Z. Mereka datang ke coffeeshop bukan cuma untuk minum kopi, tapi juga kerja, belajar, diskusi, atau sekadar mengisi konten media sosial.

“Sekarang anak-anak muda nyari tempat yang bisa sambil kerja atau nongkrong santai. Apalagi kalau tempatnya cozy dan ada live akustik, pasti rame,” ujar Rio, salah satu barista coffeeshop di Jalan Ahmad Yani.

Menurut data informal dari pengusaha kopi lokal, omzet coffeeshop skala menengah di Pangkalpinang bisa mencapai Rp30–50 juta per bulan. Angka yang cukup menjanjikan, mengingat sebagian besar masih mengandalkan pelanggan loyal dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga pekerja muda.

Sembari menungu, pengunjung bisa melihat barista meracik kopi.

 

Kreativitas Adalah Kunci

Yang menarik, pelaku usaha tidak hanya fokus menjual kopi, tapi juga pengalaman. Ada yang menggabungkan konsep kedai kopi dengan galeri seni, mini library, atau menyediakan jajanan ramah di kantong hingga menu istimewa lainnya hingga tempat workshop kreatif. Kolaborasi antar pelaku UMKM pun mulai marak, misalnya dengan menampilkan produk-produk lokal seperti kue tradisional Bangka, batik, atau produk kriya.

Baca Juga  Alhamdulillah, Hari Ini Jemaah Haji Asal Babel Kembali dari Tanah Suci

“Pelanggan sekarang suka hal yang otentik dan punya cerita. Jadi kita juga jual kopi Bangka dengan metode seduh manual, sekaligus edukasi tentang kopi lokal dan menuangkan tagline bahasa Bangka ke pengunjung,” jelas Faziullah, owner Baturusa Coffee.

Tongkrongan Positif untuk Kawula Muda

Bagi anak muda, tempat ngopi kini lebih dari sekadar destinasi akhir pekan. Banyak komunitas yang menjadikan coffeeshop sebagai basecamp untuk kegiatan positif, seperti diskusi buku, open mic, hingga kelas bahasa.

“Daripada nongkrong nggak jelas, mending di kafe sambil bikin project. Kadang malah ketemu temen baru atau peluang kerja dari obrolan santai,” ujar Fira, mahasiswi sekaligus konten kreator lokal.

Dengan potensi yang terus berkembang, Pangkalpinang bisa dibilang sedang menuju masa keemasan bisnis kedai kopi. Yang jelas, selama kreativitas dan kualitas tetap dijaga, ngopi di Pangkalpinang bakal terus jadi aktivitas yang bukan hanya nikmat di lidah, tapi juga hangat di hati. (rul)

Leave a Reply