SUNGAILIAT, LASPELA — Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bangka KH Syaiful Zohri, mengungkapkan jika tidak semua orang yang melaksanakan ibadah haji mendapatkan predikat mabrur.
Menurut Syaiful, ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya, diantaranya niat yang salah dan harta (uang) yang digunakan bersumber dari yang tidak halal.
“Akan ada banyak orang-orang besar yang punya nama dan jabatan berebut untuk menunaikan ibadah haji, tapi niatnya pergi haji hanya untuk jalan-jalan, berbelanja, atau mencari gelar (status sosial). Ini yang dikhawatirkan oleh Rasulullah. Nah, sekarang sudah terjadi apa belum?,” ungkapnya, Sabtu (11/6/2022).
“Kemudian ada juga orang tidak mampu (kurang biaya) tapi dia berusaha menunaikan ibadah haji, namun niatnya di sana (Mekkah) nanti minta-minta bantuan ke siapapun. Artinya, memberatkan atau menyusahkan orang lain, itu juga tujuannya sudah lain. Allah hanya menerima yang baik-baik saja,” terangnya.
Selain itu, mantan Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Bangka ini juga menyebutkan, secara umum ada beberapa tanda-tanda orang yang mendapatkan haji mabrur.
“Pertama, segala ibadahnya, perbuatannya, perkataannya, dan akhlaknya lebih bagus dari sebelumnya. Kemudian, bisa menjadi contoh panutan bagi orang yang ada di daerahnya, menjadi lebih rajin bersedekah, dan suka menebarkan kedamaian. Itu secara umumnya saja,” ujarnya.
Artinya, kata Syaiful, mabrur atau tidaknya haji seseorang bisa dirasakan perbedaannya setelah pulang dari haji. Ketika tidak ada perubahan (amalan) ke arah yang lebih baik, maka hajinya makbul (diterima), tapi bukan mabrur (mendapatkan manfaat dan berkah).
Untuk itu, ia mengimbau agar di dalam menunaikan ibadah haji harus diniatkan ikhlas karena Allah, serta menjalankan semua rukun dan syarat-syarat haji dengan sebaik-baiknya, serta memperbanyak amal saleh. (mah)