Studi di Jerman Bukan Hanya Belajar Ilmu Tapi Belajar Kehidupan

Oleh: Agus Ismunarno

BOGOR, LASPELA – Studi di Jerman bukan hanya menimba ilmu pengetahuan saja. Studi di Jerman sekaligus belajar kehidupan.

Demikian benang merah intisari Gathering Perkumpulan Keluarga Mahasiswa Indonesia-Jerman, Bogor (3/3-2018)

Anggit Prasidha, Staf Kepresidenan lulusan master Jerman menandaskan dirinya kuliah di Jerman tidak hanya untuk meraih master saja.

“Bagi saya kuliah di Jerman merupakan belajar kehidupan. Saya memilih studi, bekerja dan menjadi aktivis di Jerman,” kata Anggit dalam sharing yang dipandu Suchjar Effendi, Direktur Utama Wuski & San.

Fathi Thooriq BZ Mahasiswa yang studi di Jerman mengungkapkan kuliah di Jerman itu bagaikan ikan yang masuk di lautan.

“Daya adaptasi kita mahasiswa di Jerman otomatis akan timbul bagai ikan di lautan. Jadi orangtua tidak perlu terkalu mengkhawatirkan,” kata Thooriq menenteramkan para orangtua yang berkumpul di Bogor.

Sedang Irin, mahasiswi berjilbab yang menyelesaikan studinya tepat waktu menjawab pertanyaan salah satu orangtua mengatakan, “Selama studi di Jerman, saya diterima dengan baik. Orang Jerman tidak mempersoalkan apa yang kita kenakan. Mereka sangat hormat.”

Sharing Sukses & Gagal

Ketua Panitia, Yatri A Shadeli bersyukur bisa menghimpun sedikitnya 200 orangtua mahasiswa Indonesia Jerman se Indonesia.

“Paguyuban ini diikat oleh putra-putri kita yang studi di Jerman. Ada yang dari Bangka, Solo, Bogor, Bandung, Jakarta dan daerah lainnya,” ungkap Yatri.

Sedang Ketua Paguyuban Suryo menegaskan bahwa Paguyuban WA
Group merupakan sarana sharing success story maupun kegagalan anak-anak kita.

“Allah SWT Tuhan yang Maha Esa telah mempertemukan kita di grup ini untuk saling berbagi dan mendukung anak-anak kita sehingga sukses nantinya bagi bangsa dan negara,” kata Suryo.

“Kisah berhasil dan gagal yang dishare di grup ini akan mendapat dimensi empati dari anggota Paguyuban. Kita akan saling dukung,” ungkap Mang Uyo sebutan akrab Suryo.

“Hindari masalah politik dan SARA di grup ini. Tapi kita perkuat semangat kebangsaan karena putra-putri kita pun belajar demi kemajuan bangsa Indonesia,” kata Suryo.

Ketua Penasehat Paguyuban Ike mengajarkan agar anak-anak berfikir positif di negeri orang.

Allah telah merencanakan yng terbaik buat putra-putri kita. “Maka majulah terus, ” saran Ike.

Jerman Terbaik

Negara Jerman lebih menarik bagi mahasiswa internasional dibandingkan negara Eropa lainnya seperti Inggris dan Perancis.

Ini menurut hasil studi yang dilakukan oleh Study.EU yang dilansir dwtik.com. Apa yang membuat Jerman atraktif?

Inggris dan Amerika Serikat biasanya dikenal sebagai negara tujuan favorit untuk menimba ilmu. Menurut berbagai peringkat sekolah yang beredar, kedua negara ini memiliki universitas-universitas dengan peringkat yang tinggi.

Namun, hasil studi baru mengatakan, bahwa Jerman lah yang terbaik di Eropa.

Studi dilakukan oleh situs Study.EU yang menganalisa 30 negara di Eropa. Jerman berada di peringkat satu dengan jumlah poin 80,7 dari poin maksimal 100 – jauh di atas Inggris (75,8) dan Perancis (68,6). Tahun lalu, Jerman juga menduduki peringkat teratas.

Tiga kategori yang dianalisa oleh studi ini adalah: pendidikan, biaya, kehidupan sehari-hari dan karir.

CEO Study.EU Gerrit Blöss mengatakan kepada laman The Local, walau Inggris masih yang terbaik dalam peringkat standar universitas, sekolah lanjutan Jerman memperoleh nilai pengajaran yang lebih tinggi dibanding Inggris.

“Jerman juga menawarkan lebih banyak mata kuliah dalam bahasa Inggris. Sementara Inggris dan Irlandia mendominasi bidang ini, Jerman adalah negara kedua setelah Belanda dengan jumlah mata kuliah yang bisa diambil mahasiswa dalam bahasa Inggris,” ujar Blöss.

Ini faktor penting untuk beberapa tahun ke depan jika Jerman ingin terus menarik minat mahasiswa internasional, tambah Blöss.

Sekitar 2000 dari 18.000 jurusan yang bisa dipilih di Jerman digelar dalam bahasa Inggris. 12 persen mahasiswa di Jerman adalah warga asing.

Selain itu, mahasiswa universitas negeri di Jerman, baik mahasiswa lokal mau pun internasional, tidak membayar iuran. Hanya biaya administratif antara 100 – 500 Euro tiap semester yang sudah termasuk ongkos transportasi umum.

Untuk kategori hidup dan karir, Blöss berpendapat Jerman masih bisa lebih baik lagi. Lulusan kuliah di Jerman bisa menetap hingga 18 bulan setelah masa kuliah selesai. Ini waktu yang lebih lama dibandingkan di Inggris, dimana mahasiswa non Uni Eropa biasanya hanya boleh tinggal lebih lama beberapa bulan saja setelah lulus.

Prospek karir bagi mahasiswa internasional di Jerman bisa dikembangkan lagi, menurut Blöss, khususnya dalam masalah “integrasi mahasiswa ke bursa tenaga kerja”.

Leave a Reply