BANGKA BARAT, LASPELA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangka Barat (Babar) mengharapkan peran desa dalam mendata angka putus sekolah di usia remaja yang ada di wilayahnya masing-masing.
Memang, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Babar terdapat sekitar 23% remaja putus sekolah di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 41% untuk usia Sekolah Menengah Atas (SMA). Hanya saja, data tersebut merupakan data 2016 dengan rataan usia 10-18 tahun.
Yang diharapkan Dinkes, diungkapkan Kabid Kesehatan Dinkes Babar, Nurmala Anggraini ialah validasi terbaru serta data spesifik, sehingga pihaknya dapat menjangkau setiap remaja tersebut.
“Kami pengen anak yang putus sekolah itu kami mendapat datanya, karena kami tidak punya by name, by address dari pihak desa,” ujar Nurmala kepada Laspela, Selasa (24/11/2020).
Dengan adanya validasi data terbaru, Dinkes akan mencari keahlian yang dapat dikelola oleh para remaja untuk kemudian dilakukan pembinaan. “Kami pengen anak yang putus sekolah itu di data ulang sehingga kami bisa berdayakan mereka. Walaupun mereka putus sekolah, kami bisa manfaatkan, siapa tahu anak itu bisa mempunyai keterampilan lebih, bisa kita manfaatkan mereka,” ungkap Nurmala.
Salah satu yang akan dilakukan Dinkes Babar terhadap para remaja putus sekolah yakni menjadikan mereka sebagai kader untuk Posyandu Remaja.
“Kami ingin posyandu remaja ini nantinya menjadi wadah untuk memfasilitasi remaja-remaja yang punya masalah kesehatan. Nanti mereka bisa memecahkan masalah dan bentuk kelompok dukungan remaja seperti konseling,” tutupnya. (IS)