Opini  

Ekumene dan Obsesi Peradaban

Oleh : Rusydi Sulaiman, Direktur Madania Center & Guru Besar dalam Kepakaran Bidang Pengkajian Islam (Islamic Studies) IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Avatar photo
Rusydi Sulaiman (Ist)

FASE sejarah manusia terkadang disebut fase kontemporer yang meninggalkan fase pra sejarah manusia yang cukup panjang, ditandai dengan dimulainya kebangkitan kesadaran dalam diri manusia. Setelah itu manusia bergerak kedepan, apakah mereka akan memberlangsungkan kehidupan atau sebaliknya lakukan pengrusakan di bumi?

Bangkitnya kesadaran identik dengan adanya peradaban di bagian lain di biosfir bumi, disebut,” Ekumene”, berasal dari kata “Oikoumene”, dari kata dalam Bahasa Yunani di zaman Hellenis, berarti yang didiami ( bagian dari dunia) oleh orang- orang yang menyebut diri mereka,”beradab” ( Toynbee,2004: 37).

Fenomena itu bermula di Barat; dari domain aslinya sampai Laut Aegean, lalu ke arah pantai-pantai Atlantik di Eropa dan Afrika Barat Laut serta Eropa Barat yang tidak berpantai, Inggris.. Adapun ke arah Timur, dibawah penaklukan Iskandar Zulkarnain (Alexander, The great) bersamaan dengan runtuhnya Persia Pertama serta pasca Iskandar tersebut dimana istilah Ekumene sebagai keniscayaan. Secara bertahap muncul hyperborean di bagian timur Padang rumput Eurasia yang sebelumnya berhubungan dengan negara-negara kota kolonial Yunani, disebut orang-orang Cina (seres atau sinae).

Iskandar Zulkarnain diyakini oleh sebagian ulama akan kenabiannya bersama ‘Uzair as. dan Luqman as. (3 orang ) ( Muhammad Idrus, 2009: 80) selain 25 orang bijak yang dikenal nabi dan rasul dalam perspektif syari’ah ( Hukum Islam). Iskandar as. hidup pada 4 abad SM (336-323).

Dalam konteks peradaban (Ekumene), Iskandar as. , dikenal dengan, “Dzul-Qornain” ( Zulkarnain), berarti yang memiliki 2 tanduk; barat dan timur bumi, sebagai raja Macedonia (Yunani) hingga Mesir, Persia dan sebagian Asia Tengah. Maksudnya Iskandar Zulkarnain (Alexander, the great) adalah tokoh besar dalam sejarah yang menginspirasi kebesaran negara-negara di Barat (Eropa) dan kebesaran negara-negara di Timur termasuk Iran.

Iskandar Zulkarnain adalah tokoh yang membuat benteng untuk melindungi kaumnya dari serangan Ya’juj dan Ma’juj. Perihal raja tersebut diurai dam QS.Al-Kahfi (18): 83-84)–artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Akan kubacakan kepadamu kisahnya.” Dialah yang membangun benteng untuk melindungi kaumnya dari serangan Ya’juj dan Ma’juj”.

Kebesaran dan pengorbanan seorang raja yang juga disebut nabi bernama Iskandar Zulkarnain tidak bersifat total break, dipastikan berhubungan dengan tokoh-tokoh bijak sebelumnya yang memang dijatuhkan (tanazul) di biosfir bumi untuk melangsungkan kehidupan manusia. Terjadilah kemudian pergolakan disebut dengan the clash of civilization yang berimplikasi kepada sesuatu yang baru yaitu peradaban (ekomene).

Sebagai generasi penerus tentunya kita terobsesi untuk lakukan perubahan-perubahan baik dalam wujud ideal, kelakuan dan wujud material peradaban sebagai bagian dari kebudayaan tinggi (high culture). Iskandar Zulkarnain adalah salah satu figur yang dapat dijadikan pijakan peradaban (ekomene). (*)

Leave a Reply