November 2025, Ikan dan Udang Picu Inflasi di Babel

Avatar photo
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy

PANGKALPINANG, LASPELA – Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada November 2025 tercatat tetap terjaga dan berada dalam rentang sasaran nasional.

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, menanggapi rilis data inflasi terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan data BPS, inflasi Bangka Belitung pada November 2025 mencapai 0,36 persen (mtm). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Oktober 2025 yang tercatat 0,49 persen (mtm). Meski demikian, inflasi bulanan daerah ini masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang berada di level 0,17 persen (mtm).

Rommy menjelaskan, kenaikan indeks harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi bulanan dengan kenaikan sebesar 0,74 persen.

Dua komoditas yang paling besar memberi andil adalah ikan selar dan udang basah. Di sisi lain, harga emas perhiasan juga mengalami kenaikan sehingga memengaruhi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.

Secara tahunan, Bangka Belitung mencatat inflasi sebesar 2,87 persen (yoy). Angka tersebut masih berada dalam sasaran inflasi nasional sebesar 2,5±1 persen, namun sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,72 persen (yoy).

Kenaikan indeks harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,30 persen (yoy) menjadi penopang utama inflasi tahunan. Komoditas cabai merah dan cumi-cumi menjadi penyumbang signifikan. Sementara itu, tekanan inflasi tertahan oleh kelompok pendidikan yang tercatat mengalami deflasi 12,85 persen (yoy).

Menurut Rommy, terbatasnya pasokan cabai merah dari luar daerah menyebabkan harganya meningkat. Adapun kenaikan harga cumi-cumi dipicu anomali cuaca akibat gelombang tinggi dan angin kencang. “Meski begitu, TPID provinsi maupun kabupaten/kota terus berupaya menjaga ketersediaan stok sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Dari sisi spasial, seluruh wilayah yang disurvei Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi tahunan. Kabupaten Belitung Timur menjadi daerah dengan inflasi tertinggi yaitu 3,59 persen (yoy), diikuti Kabupaten Bangka Barat sebesar 3,48 persen (yoy) dan Kota Pangkalpinang sebesar 2,67 persen (yoy). Sementara itu, Tanjungpandan tercatat sebagai wilayah dengan inflasi terendah yakni 1,67 persen (yoy).

Rommy menegaskan bahwa BI bersama TPID terus memperkuat sinergi untuk menjaga inflasi tetap berada pada level rendah dan stabil. Upaya ini sejalan dengan tiga strategi utama pengendalian inflasi, yaitu menjaga inflasi 2025 sesuai sasaran nasional, mengendalikan inflasi volatile food pada kisaran 3,0–5,0 persen (yoy), dan memperkuat koordinasi pusat–daerah lewat penyusunan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025–2027.

Untuk menjaga keterjangkauan harga, sejak Januari hingga November 2025 telah dilakukan 40 kali sidak pasar dan distributor. Selain itu, pemerintah daerah bersama TPID juga telah melaksanakan 92 kali operasi pasar (OP) dan 65 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai wilayah Bangka Belitung.

Pada aspek ketersediaan pasokan, TPID mendorong pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) melalui skema Government to Government (G to G) maupun Business to Business (B to B). Hingga November 2025, tercatat 13 kali pelaksanaan KAD untuk menjaga pasokan pangan dari daerah sentra produksi.

Di sisi distribusi, BI memfasilitasi pergerakan komoditas pangan dalam rangka memperkuat efektivitas OP dan GPM. Sepanjang 2025, BI telah memberikan dukungan distribusi untuk 22 kegiatan OP, serta memfasilitasi pengiriman 17,5 ton daging sapi beku dari Jakarta ke Belitung Timur sebagai tindak lanjut perjanjian kerja sama antara Koperasi Pengendali Inflasi Daerah dan Perum Bulog Kantor Cabang Belitung.

Sejumlah kegiatan komunikasi publik juga dilakukan untuk menjaga ekspektasi masyarakat, mulai dari High Level Meeting (HLM) TPID sebanyak 12 kali, capacity building bagi TPID, kelompok tani, dan nelayan, penyelenggaraan FGD dan business matching, hingga studi banding TPID Babel ke TPID Kepulauan Riau.

Selain itu, edukasi stabilisasi harga dilakukan melalui berbagai organisasi perempuan seperti PKK, Dharma Wanita, Bhayangkari, PIA Ardhya Garini, dan Jalasenastri. Kegiatan kampanye pangan juga diperkuat melalui lomba kreasi masak berbahan ikan air tawar dalam rangkaian Explore Babel 2025.

“Ke depan, tantangan pengendalian inflasi masih cukup besar. Namun dengan kolaborasi kuat antaranggota TPID dan dukungan masyarakat, kami optimistis inflasi dapat terus terjaga dalam sasaran nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Rommy. (chu)

 

Leave a Reply