Opini  

Menumbuhkan Minat Baca Bahasa Indonesia Generasi Z di Tengah Gempuran Teknologi

Oleh: Hakim Prasasti Lubis (Dosen Bahasa Indonesia Universitas Bangka Belitung)

Avatar photo

DI ERA digital saat ini, generasi Z mereka yang lahir antara pertengahan 1990an hingga awal 2010an menghadapi tantangan besar dalam hal minat baca, khususnya terkait bahasa Indonesia. Gempuran teknologi, mulai dari media sosial, video pendek, hingga berbagai platform hiburan daring, memengaruhi cara mereka mengonsumsi informasi.

 

Sayangnya, hal ini turut berdampak pada penurunan minat baca buku dan karya berbahasa Indonesia yang sebenarnya sangat penting untuk menjaga dan mengembangkan budaya serta bahasa nasional.

 

Fenomena ini bukan tanpa alasan. Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang serba cepat dan instan. Mereka cenderung memilih konten yang mudah dicerna, menarik secara visual, dan cepat selesai, seperti video TikTok atau Instagram reels, dibandingkan membaca buku yang memerlukan waktu dan konsentrasi lebih lama. Selain itu, bahasa yang mereka gunakan sehari-hari pun lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa gaul, singkatan digital, dan bahasa asing, khususnya Inggris. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan berkurangnya penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta berkurangnya rasa cinta terhadap literatur nasional.

 

Pendidikan memegang peran krusial dalam menumbuhkan kembali minat baca bahasa Indonesia di kalangan Gen Z. Kurikulum sekolah perlu dirancang tidak hanya fokus pada pembelajaran formal Bahasa Indonesia, tetapi juga mengajak siswa mengenal kekayaan sastra dan karya-karya kreatif dalam bahasa Indonesia dengan cara yang menarik dan relevan. Misalnya, guru dapat menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran, seperti membuat tugas membaca berbentuk digital, diskusi daring, atau bahkan lomba menulis cerita pendek dan puisi dalam Bahasa Indonesia. Pendekatan yang menggabungkan teknologi dan budaya literasi ini diyakini lebih efektif menjangkau generasi yang akrab dengan gadget.

 

Selain itu, peran orang tua dan lingkungan rumah juga sangat penting. Membiasakan anak-anak untuk membaca buku berbahasa Indonesia sejak dini dapat membentuk kebiasaan positif yang berkelanjutan. Orang tua dapat menyediakan berbagai jenis bacaan yang menarik dan sesuai usia, seperti novel remaja, komik, atau majalah, serta meluangkan waktu bersama anak membaca dan berdiskusi. Dengan begitu, minat baca dapat tumbuh secara alami dan bukan sekadar kewajiban sekolah.

 

Pemerintah dan masyarakat juga perlu berkolaborasi untuk menyediakan akses yang luas dan mudah ke berbagai sumber bacaan berbahasa Indonesia. Perpustakaan digital dan fisik yang lengkap dengan koleksi menarik, serta program literasi di komunitas dan sekolah, dapat menjadi solusi efektif untuk mendorong Gen Z lebih dekat dengan dunia membaca.

 

Media massa dan penerbit juga harus mampu menyajikan konten yang mengedukasi sekaligus menghibur agar lebih diminati oleh anak muda.

Tips dan Trik Menumbuhkan Minat Baca Bahasa Indonesia pada Gen Z

1. Manfaatkan Media Digital Secara Positif.
Gunakan aplikasi membaca digital yang interaktif dan dilengkapi fitur menarik, seperti audiobook atau e-book berilustrasi, untuk membuat proses membaca lebih menyenangkan.

2. Buat Komunitas Membaca Online.
Ajak Gen Z bergabung dalam komunitas membaca di media sosial atau platform chatting untuk berbagi rekomendasi buku dan diskusi ringan agar mereka merasa memiliki teman seperjuangan.

3. Gabungkan Membaca dengan Aktivitas Kreatif.
Setelah membaca, dorong mereka untuk menulis review singkat, membuat ilustrasi, atau bahkan mengadaptasi cerita ke bentuk video singkat. Ini membuat pengalaman membaca lebih hidup dan personal.

4. Batasi Penggunaan Gadget untuk Konten Negatif.
Orang tua dan pendidik bisa menerapkan aturan waktu penggunaan gadget untuk konten yang kurang edukatif dan mengarahkan Gen Z pada konten bacaan berkualitas.

5. Perkenalkan Genre dan Topik yang Sesuai Minat.
Cari tahu minat khusus mereka, misalnya fiksi remaja, fantasi, atau budaya pop Indonesia, lalu rekomendasikan buku yang relevan agar membaca terasa lebih menarik dan tidak membosankan.

 

Kita semua sepakat bahwa Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga identitas bangsa. Jika generasi muda kehilangan minat dan kemampuan membaca bahasa Indonesia dengan baik, maka kita berisiko kehilangan warisan budaya dan pengetahuan yang sangat berharga. Oleh karena itu, menumbuhkan minat baca bahasa Indonesia di tengah gempuran teknologi adalah sebuah tantangan besar, sekaligus panggilan untuk semua pihak: pendidik, orang tua, pemerintah, dan masyarakat luas.

 

Dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi yang erat, bukan hal yang mustahil bagi generasi Z untuk mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia melalui minat baca yang tinggi. Justru dengan menggabungkan teknologi dan literasi, kita dapat membuka jendela dunia baru yang kaya akan nilai-nilai budaya dan ilmu pengetahuan dalam bahasa ibu kita sendiri. (*)

Leave a Reply