Bukan Sekadar Tradisi! Ini Makna Tersembunyi di Balik Peh Cun yang Jarang Diketahui

Fenomena telur berdiri pada perayaan Peh Cun. (Foto: dok)

PANGKALPINANG, LASPELA — Ada pemandangan menarik setiap kali Festival Peh Cun tiba. Di sejumlah sudut kota, dari halaman sekolah hingga pusat budaya Tionghoa, anak-anak hingga orang tua tampak sibuk mencoba mendirikan telur ayam mentah di atas lantai. Anehnya, banyak yang berhasil. Fenomena ini bukan hal baru, tetapi terus memikat perhatian masyarakat setiap tahun.

Pemerintah Kota Pangkalpinang mengemas fenomena ini dengan festival budaya Peh Cun yang digelar di Pantai Pasirpadi, Sabtu (31/5/2025).

Menurut kepercayaan tradisional Tionghoa, pada tanggal 5 bulan ke-5 dalam penanggalan Imlek, yakni saat Peh Cun dirayakan, matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus. Konon, susunan kosmis ini menciptakan keseimbangan gravitasi yang unik, memungkinkan telur berdiri tegak tanpa bantuan.

Kekuatan tradisi dan simbolisme tetap melekat kuat. Bagi banyak orang, momen mendirikan telur ini adalah bagian dari ritual kebersamaan, doa untuk keseimbangan hidup, dan pelestarian budaya leluhur.

Peh Cun, yang juga dikenal sebagai Festival Perahu Naga, tak hanya memperingati sosok Qu Yuan, pujangga dan patriot Tiongkok kuno, tetapi juga menyatukan nilai-nilai spiritual, budaya, dan hiburan dalam satu hari yang penuh warna.
Peh Cun: Perayaan Warisan Leluhur Tionghoa

Peh Cun (Hanzi: 端午节, Duan Wu Jie) adalah salah satu festival tradisional Tionghoa yang jatuh pada tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek. Perayaan ini dikenal luas dengan nama Festival Perahu Naga dan telah dirayakan selama lebih dari dua ribu tahun, tidak hanya di Tiongkok, tetapi juga oleh komunitas Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Baca Juga  Hidayat Arsani Meriahkan Festival Pasir Padi6, Jalan Pagi Bersama Masyarakat di Tengah Hujan

Asal Usul dan Makna Sejarah

Festival ini diperingati untuk mengenang Qu Yuan (340–278 SM), seorang negarawan dan penyair patriotik dari Negara Chu pada masa Dinasti Zhou. Qu Yuan dikenal karena kesetiaannya pada negaranya. Ketika ia difitnah dan dibuang oleh raja, ia menulis puisi-puisi yang menggugah dan akhirnya bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Miluo sebagai bentuk protes terhadap korupsi negara.

Masyarakat yang mencintainya bergegas ke sungai dengan perahu, memukul genderang dan melemparkan bakcang (zongzi) ke sungai untuk mencegah ikan memakan jasadnya. Inilah asal mula tradisi lomba perahu naga dan pembuatan bakcang saat Peh Cun.

Tradisi dan Perayaan

Beberapa tradisi khas yang dilakukan saat Peh Cun antara lain:
Lomba Perahu Naga
Simbol semangat dan penghormatan terhadap Qu Yuan. Lomba ini juga merefleksikan kerja sama dan kekompakan.

Membuat dan Membagikan Bakcang (Zongzi)
Ketan yang dibungkus daun bambu dengan isian daging atau kacang ini dipercaya berasal dari tradisi melempar makanan ke sungai untuk Qu Yuan.

Permainan Menegakkan Telur
Diyakini pada siang hari Peh Cun, gaya gravitasi bumi mencapai keseimbangan sempurna, memungkinkan telur berdiri tegak. Secara ilmiah, ini lebih pada teknik dan kesabaran, tapi tetap menjadi atraksi populer.

Menggantung Daun Wangi
Daun mugwort atau daun wangi digantung di depan rumah untuk menolak bala dan menjaga kesehatan, mencerminkan kepercayaan pada kekuatan alam dan pengusiran roh jahat.

Baca Juga  Jangan Asal Pencet! Ini Alasan Lampu Hazard Harus Digunakan dengan Benar

Makna Filosofis

Lebih dari sekadar festival, Peh Cun mengandung nilai:
Kesetiaan dan pengorbanan (Qu Yuan sebagai simbol).
Kebersamaan dan gotong royong (dalam lomba perahu dan membuat bakcang).
Pelestarian budaya lintas generasi.
Penghormatan terhadap alam dan siklus kehidupan.

Peh Cun di Indonesia

Di Indonesia, terutama di daerah dengan komunitas Tionghoa seperti Semarang, Jakarta, Bangka, dan Pontianak, Peh Cun dirayakan dengan meriah. Di Sungai Kapuas, Pontianak, misalnya, perlombaan perahu naga menjadi agenda tahunan yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Di Kota Pangkalpinang, dikemas dengan festival budaya yang digelar di Pantai Pasir Padi dengan nama Festival Pasir Padi 6.
Ribuan telur akan didirikan bersamaan yang dilakukan oleh ribuan masyarakat dari berbagai instansi, kelompok, dan individu.
Festival ini menyedot perhatian dan menjadi daya tarik pariwisata. (*/rul)

Leave a Reply