Oleh: Agus Ismunarno
Pemimpin Redaksi
LASPELA Media Group
“Di Udara Kite Memble
Saatnya Jalesveva Jayamahe”
GUBERNUR Kepulauan Bangka Belitung bergerak cepat. Manakala melambungnya harga tiket pesawat tidak kunjung turun dan menjadi wacana sementara industri pariwisata Kepulauan Bangka Belitung sudah babak belur dan layu sebelum berkembang, Gubernur Erzaldi Rosman sudah meminta kapal ke pusat.
“Kami sudah mintakan kapal (ke Pemerintah Pusat, red). Itu salah satu solusi yang kami (Pemerintah Provinsi Babel, red) kami jalankan. Selain kapal cepat (berpenumpang 925 orang, red) kami juga memperjuangkan Kapal Cepat Roro,” tandas Gubernur Erzaldi melalui wawancara by Whatsapp.
Tidak tanggung-tanggung. Orang nomor satu di Kepulauan Bangka Belitung itu meminta, “Kapal Cepat Penumpang dan Kapal Cepat Roro itu kita mintakan melayari Jakarta – Bangka, Jakarta – Belitung dan Palembang – Bangka,” tegas Gubernur Erzaldi.
Sebelumnya, Media Satya NEGERI LASKAR PELANGI 14 Januari 2019 menurunkan headline “Tiket Pesawat Mahal Hancurkan Pariwisata Babel”.
Kemudian dalam Edisi Idul Fitri, Media Satya NEGERI LASKAR PELANGI menurunkan headline dengan judul “Hadirkan Kapal Cepat dan Bangun Jembatan Batera!”
Point to point yang digambarkan oleh LASPELA Media Group adalah pertama, Ekonomi “KEPULAUAN BABEL” Hancur atau Segera Cari Solusi; Pariwisata Babel akan Layu Sebelum Berkembang atau Segera Hadirkan Kapal Cepat Berkapasitas 925 Orang dan atau Bangun Segera Jembatan BAngka SumaTERA.
Pasca lebaran LASPELA mendorong dan mendesak Gubernur dan DPRD Babel agar segera membuat Rekomendasi Solusi “Menantang” Pemerintah Pusat. Selain itu tiga Anggota DPR RI dan 4 Anggota DPD RI yang masih aktif berdinas bertugas mengawal permintaan Kapal Cepat Penumpang dan atau Percepatan Pembangunan Jembatan Bangka Sumatra.
“Menghadirkan kembali Kapal Cepat berkapasitas 925 orang Jakarta-Pangkalpinang Pergi Pulang (PP) dan Jakarta-Tanjungpandan Pergi Pulang (PP) merupakan solusi jangka pendek bagi Kepulauan Bangka Belitung atas harga tiket pesawat yang semakin melambung di Tarif Batas Atas (TBA) dan pemberlakuan bagasi berbayar.
Dari catatan LASPELA, sejarah moda transportasi tahun 1999, sebelum Bangka dan Belitung menjadi provinsi mencatat PT ASDP pernah mengoperasikan lima kapal feri mewah dan moderen buatan Jerman, berteknologi mutakhir dengan desain interior mewah berkapasitas 925 orang.
Salah satu dari Kapal Cepat Penumpang itu melayari Jakarta Pangkalbalam bernama Cisadane dengan waktu tempuh 8 jam; harga tiket Rp 250.000 atau sekitar 50 persen dari harga tiket pesawat Merpati Rp 500 – 700 ribu.
Namun Kapal cepat Cisadane itu dalam perjalanan karirnya “dihajar” oleh tiket pesawat yang menurunkan harganya hingga Rp 300 ribuan, bahkan Rp 250 ribuan.
Ini salah satu faktor PT ASDP “lempar handuk” dan maskapai rute Jakarta-Pangkalpinang waktu itu kehilangan kompetitornya.
Kehadiran Sriwijaya Air milik Putra Babel Hendry Lie dan Chandra Lie tepat di Hari Pahlawan 10 November 2003 memang menjadi pahlawan Babel sebagai pendobrak dan perintis moda transportasi yang cepat dan murah.
Tetapi begitu Sriwijaya Air yang merupakan maskapai di KSOkan ke Garuda Group (Kerjasama Operasional) harga tiket pesawat semua maskapai merangkak naik dan hingga kini turut melambung ke TBA.
Bahkan maskapai Lion Air semakin “membebani penumpang” dengan bagasi berbayar.
Duopoli inilah yang akhirnya mendera masyarakat dan menghambat mobilitas masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Babel yang berada di kepulauan.’
Solusi Kapal Cepat 8 jam itu adalah solusi yang tepat dan harus diperjuangkan Gubernur, DPRD Babel, Para Anggota DPR RI dan DPD RI yang selama lima hingga enam bulan ini masih tenang-tenang saja.
Manakala di udara kita “sangat memble” saatnya kita mewujudkan Nawa Cita Presiden Jokowi “Jalesveva Jayamahe” di Laut Kita Jaya.
Jembatan BATERA
20 Tahun lalu, ketika para pejuang provinsi berproses menjadikan Bangka Belitung provinsi, moda transportasi laut kita jaya. Kini, sesudah 20 tahun menjadi provinsi, moda transportasi laut memble, maskapai penerbangan lebih memble lagi.
Di tahun ke 20 provinsi berdiri, 21 November 2019 nanti apakah kita mau merayakan dua dasa warsa dengan kememblean tak berdaya? Penguasa dan pengusaha ditantang; Beli pesawat dengan berhutang berani (penyebab harga tiket tinggi, simpul Rizal Ramli), kenapa beli Kapal Cepat Penumpang tidak berani?
Solusi jangka panjang bagi Babel yang merupakan negeri kepulauan adalah segerakan pembangungan Jembatan BAngka SumaTERA agar isolasi yang selama ini dialami terurai dan menyelesaikan banyak problem masyarakat Babel dari inflasi, harga bahan makanan tinggi serta pasar pariwisata yang terbatas
Negeri Harmoni Serumpun Sebalai ini telah memberikan kandungan buminya berupa batangan timah kepada Pemerintah Pusat. Rakyat Babel memenangkan Jokowi 63,2 persen itu bukannya tanpa pamrih.
Cinta ke Jokowi benar, tapi rakyat Babel perlu kenegarawanan Presiden Joko Widodo dan Gubernur Erzaldi Rosman untuk menyegerakan Jembatan BATERA dan memberikan Kapal Cepat Penumpang untuk berkompetisi dengan maskapai sehingga harga moda transportasi tidak memberatkan rakyat.
Tiga Anggota DPR RI, Ir Rudianto Tjen dari PDIP, Eko Wijaya dari Demokrat dan Imelda dari Golkar tolonglah mendorong solusi transportasi Babel ke Presiden dan Menteri Perhubungan.
Gunakan “power of speech” anda untuk angkat kembali ekonomi dan pariwisata Babel yang sudah darurat ini.
Dan empat Anggota DPD kita Hudarni Rani, Herry Ervian, Tellie Gozelie dan Bahar Buasan. Empat suara senator dan tiga wakil rakyat yang terhormat diyakini menjadi suara yang tajam untuk mendorong Presiden Jokowi dan Menhub Budi Karya Sumadi.
Anggota DPR RI terpilih Rudianto Tjen (PDI P), Bambang Patijaya (Golkar) dan Zuristyo Primadata (Nasdem) serta Anggota DPD RI terpilih Darmansyah Husein, Hudarni Rani, Ustad Zuhri dan Alexander Fransiscus selama lima bulan transisi ini mulailah berprestasi dengan mencari solusi-solusi buat masyarakat Babel yang didera oleh tingginya harga tiket moda transportasi pesawat terbang. Semoga!