SUNGAILIAT, LASPELA — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada semester dua tahun 2023 akan terjadi El Nino yang melanda Indonesia, tidak terkecuali wilayah Bangka Belitung (Babel).
Semester dua diprediksi akan terjadi pada bulan Juli hingga Desember 2023 mendatang. Menanggapi hal itu, Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Depati Amir (BMKG) Pangkalpinang Kurniaji menyebut, fenomena El Nino sebenarnya lebih identik pengaruhnya kepada wilayah Indonesia bagian Timur atau tengah hingga timur.
“Sedangkan wilayah barat Indonesia sendiri, dari mulai Kalimantan hingga Sumatera memang ketika fase El Nino barada pada fase lemah hingga moderat (tengah), itu biasanya tidak begitu berpengaruh kepada cuaca ekstrem wilayah tersebut,” kata Kurniaji, Jumat (28/4/2023).
Kendati demikian, kata Kurniaji jika pada Agustus atau Desember fenomena El Nino berubah menjadi fase moderat ke fase kuat, seperti yang terjadi pada tahun 1998, dimungkingkan bisa terjadi kekeringan yang luar biasa.
“Kita ketahui pada tahun 1998 fenomena el nino berubah dari fase moderat menjadi kuat, terjadi kemarau yang panjang, berpotensi kekeringan melanda,” ucapnya.
Menurut Kurniaji, prakiraan musim kemarau di Bangka Belitung pada tahun ini nampaknya seluruh wilayah zona musim di Babel dari keenam wilayah zona musim itu semuanya diperkirakan hujannya berada pada kategori di bawah normal.
“Dan ini sempat menjadi perhatian kita dan juga kepala BMKG pusat, bahwa hati-hati untuk wilayah yang memang diprediksi hujannya di musim kemarau berada pada kategori di bawah normal. Tetapi jika dikaitkan dengan El Nino fase lemah seharusnya tidak terlalu berpengaruh signifikan,” bebernya.
Namun demikian, kata dia, masih akan terus dipantau setelah masuk di awal-awal kemarau yakni sekitar Juni. Pastinya BMKG akan memberikan suatu kejelasan lebih lanjut terkait apakah El Nino lemah itu akan berpengaruh terhadap kategori hujan di bawah normal ini.
“Kita masih terus melakukan kajian dan pantauan terkait update kondisi terkini, dan kita meminta masyarakat untuk tetap memantau status BMKG yang kita share setiap hari. Sehingga informasi apapun menjadi kesiapsiagaan kita dalam mencegah sejak dini apapun yang akan terjadi,” tandasnya.
Dikutip dari laman resmi BMKG, El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. (mah)