Dinkes Babar Tegaskan Daftar Obat ditarik dari Peredaran di Medsos Hoax

MUNTOK, LASPELA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangka Barat (Babar) melalui Penanggung Jawab Instalasi Farmasi, Muhammad Ilyas, menegaskan beberapa daftar obat yang viral di media sosial (Medsos) ditarik dari peredaran adalah hoax.

Menurutnya, yang berhak merilis atau menarik barang-barang dari pasaran adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sedangkan yang viral di medsos tersebut bukan berasal dari BPOM.

“Seiring berjalannya waktu memang banyak berita hoax yang mencantumkan daftar-daftar obat yang tidak boleh, ditarik dari peredaran, tetapi kami menarik kesimpulan bahwa itu bukan informasi yang resmi dari badan POM,” kata Ilyas di Muntok, Jum’at (21/10/22).

Diakuinya seperti hari ini, BPOM baru merilis lima produk obat yang dilarang di pasaran yang terima per Kamis 20 Oktober 2022 kemarin.

“Karena yang berhak menarik atau merilis di Indonesia itu adalah badan POM. Rilis terakhir dari badan POM itu ada lima produk yang mengandung Deitilen Glikol (DEG) , Etilen Glikol (EG) yang melebihi ambang batas aman,” ungkapnya.

Adapun lima obat yang akan ditarik dari pasaran karena mengandung DEG dan EG melebihi ambang batas aman, dari hasil sampling dan pengujian terhadap 39 bets dari 26 sirup obat sampai dengan 19 Oktober 2022, yakni Termorex Sirup (obat demam), kemasan dus, botol plastik @60 ml., Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu) kemasan dus, botol plastik @60 ml, Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu) kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml, Unibebi Demam Sirup (obat demam) kemasan Dus, Botol @ 60 ml dan Unibebi Demam Drops (obat demam) kemasan Dus, Botol @ 15 ml.

“Namun demikian, hasil uji cemaran EG tersebut belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan sirup obat tersebut memiliki keterkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut,” jelas Ilyas.

“Karena selain penggunaan obat, masih ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19,” tandasnya. (Oka)