PANGKALPINANG, LASPELA – Menyikapi fenomena alam yang melanda beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), jajaran Pemprov Babel bergerak cepat dengan melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) Penanggulangan Bencana Daerah di Ruang Tanjung Pendam Lantai II Kantor Gubernur, Selasa (14/12/21).
Rakor yang juga melibatkan unsur internal Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota ini dilakukan untuk menyatukan persepsi menyikapi peringatan dini yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dimana Babel termasuk provinsi yang diwaspadai akan terdampak bencana akibat fenomena La Nina yang diperkirakan berlangsung hingga bulan Februari 2022 mendatang.
Pada kenyataannya, fenomena ini sudah terjadi di wilayah Babel, terutama wilayah pesisir pantai, yakni di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka, dan Bangka Barat yang sudah terkena imbasnya.
Wakil Gubernur Abdul Fatah mengatakan bahwa sejauh ini sudah menginformasikan kepada seluruh pimpinan perangkat daerah (PD), instansi vertikal dan TNI/Polri bahwa Babel tengah memasuki kondisi yang harus diberi perhatian tinggi.
“Apa yang kita hadapi saat ini, seperti banjir rob karena curah hujan tinggi, gelombang tinggi, serta angin puting beliung akibat terjadinya perubahan iklim,” ungkapnya.
Untuk itu, menurutnya penyelesaian atas dampak dari fenomena La Nina tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri atau parsial karena Bangka dan Belitung adalah satu kesatuan yang saling terikat.
“Jadi, dimana ada titik-titik lemah, disitu kita akan menyelesaikannya secara bersama-sama, baik dari Pemprov, Pemkab maupun Pemkot,” tutur Wagub.
Sementara itu Kepala BPBD Babel, Mikron Antariksa menjelaskan bahwa, pada tahun ini merupakan kondisi bencana terparah di Babel sejak 5 tahun terakhir, yang diakibatkan fenomena banjir rob. Dimana sebanyak 2.200 rumah terdampak, dengan sekitar 10.000 jiwa.
Kondisi terparah ini, dijelaskannya terutama terjadi pada tanggal 7, 8 dan 9 Desember 2021, dengan disertai angin kencang berupa puting beliung di Desa Bencah, Desa Deles dan Desa Sidoarjo di Kabupaten Bangka Selatan, yang mengakibatkan sekitar 270 rumah terdampak.
“Hal ini menjadi perhatian kita semua, sehingga kedepan bagaimana tanggung jawab provinsi, kabupaten/kota maupun nasional dalam menyikapinya,” jelasnya.
Atas kejadian ini, Kepala BPBD mengatakan Pemprov Babel siap mengambil sikap terkait penetapan status darurat bencana di Kabupaten yang berpotensi meningkat menjadi tanggap darurat tingkat provinsi.
“Jadi, kami perlu berkoordinasi atas keadaan yang terjadi, apakah akan menjadi tanggap darurat di tingkat provinsi, atau cukup tanggap darurat di tingkat kabupaten/kota saja, karena hal ini terkait dengan anggaran yang akan digelontorkan,” jelasnya.
Dari tujuh Kabupaten/Kota, dua diantaranya yakni Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Bangka Selatan menyatakan penetapan status tanggap darurat tingkat provinsi pada wilayahnya.
Sedangkan Kabupaten Bangka Tengah menetapkan siaga darurat karena yang terjadi di wilayahnya banjir setinggi 20-25 cm, beberapa rumah terdampak banjir setinggi 10-20 cm dan surut dengan cepat. Begitu pula dengan Kota Pangkalpinang yang menyatakan status siaga dan masih bisa mengatasi sendiri bencana yang terjadi di wilayahnya, termasuk Kabupaten Belitung.
Terakhir, Kabupaten Belitung Timur dan Bangka yang berhalangan hadir, sehingga belum bisa menyatakan status darurat bencana di wilayahnya.
Kepala BPBD Babel memaparkan kekuatan personil, peralatan dan logistik yang dimiliki BPBD siap menghadapi bencana, termasuk bantuan logistik di daerah terdampak. Begitu pula dengan Dinsospmd Babel yang menyatakan siap membantu penuh bencana ini, lengkap dengan menyiapkan tagana dan dapur umum.
Untuk diketahui, La Nina sendiri adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi yang berdampak cuaca ekstrem, hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang, gelombang tinggi dalam periode singkat dan sering.rill/(wa)