BOGOR, LASPELA – Pemanfaatan teknologi dalam memaksimalkan produksi budi daya gaharu di Bangka Belitung menginisiasi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) sekaligus Ketua Umum Persatuan Gaharu Tanaman Rakyat Indonesia (Pegatri), Erzaldi Rosman bersama Pengurus Pegatri berkunjung ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis (28/1/2021).
Orang nomor satu di Babel ini memiliki keinginan untuk melibatkan Pusat Penelitian, Pengembangan Hutan (Puslitbanghut) LIPI untuk menggunakan teknologi serta mengonsolidasikan pendataan, yang mana sangat diperlukan ketika terjadi proses pengembangan kawasan pohon gaharu.
“Kami berkeinginan adanya kerja sama antara Pegatri dengan Puslitbanghut terkait penerapan teknologi dengan harapan ke depan kami bisa mengaplikasikan teknologi ini agar petani gaharu kita tidak dimanfaatkan oleh oknum yang hanya meraih untung besar, tanpa memberi untung untuk petani,” ujar Erzaldi.
Dirinya juga ingin menyinergikan kegiatan petani budi daya gaharu dengan Kementerian Kehutanan RI sehingga para pembeli langsung terhubung dengan pemerintah.
Selain itu, terkait registasi pohon gaharu juga harus didata dari awal dan dijaga bersama, sehingga keberadaan gaharu tetap lestari.
Sementara, Kepala Puslitbanghut, Kirsfianti L. Ginoga mengatakan bahwa Puslitbanghut merupakan pusat unggulan iptek untuk tanaman gaharu. Pada kunjungan ini, Kirsfianti mengajak rombongan untuk melihat langsung proses pembuatan inokulan gaharu di laboratorium milik Puslitbanghut.
Disamping itu, peneliti gaharu, Turjaman menjelaskan tentang teknik inokulasi yang bisa dilakukan dengan bermacam cara, di antaranya menggunakan paku, jamur, atau binatang, fisik pohon dilukai secara kimia menggunakan fitohormon, larutan asam, namun hasilnya kurang bagus.
“Teknik inokulan sebaiknya dilakukan menggunakan acremonium seperti yang telah dilakukan petani gaharu di Bangka Tengah, dan juga inokulan sebaiknya diberikan secara gratis oleh Pemda atau Pegatri, karena jika dijual bebas berpotensi timbulnya penjual inokulan palsu,” ungkapnya.
Turjaman mengatakan gaharu yang sudah lama dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian LIPI dengan berbagai publikasimana menghasilkan gumpalan cokelat kehitaman beraroma wangi yang disebut gubal, gaharu inilah yang bernilai tinggi. Gubal akan diperoleh dari kayu gaharu melalui bantuan cendawan. Ada beberapa jenis cendawan seperti bakteri acremonium SP.
Sekretaris Pegatri Wita yang hadir pada pertemuan ini mengemukakan hal senada bahwa, mereka ingin mengaplikasikan teknologi yang ada di Puslitbanghut dan juga dirinya juga ingin melibatkan pihak swasta selaku pembeli, mengingat kebutuhan permintaan gaharu dari pasar negara lain, seperti Arab Saudi.
“Ada 684 petani gaharu yang teridentifikasi dari 30 provinsi di Indonesia. Harapan kami selaku pengurus Pegatri, kami dapat bersinergi secara berkesinambungan dengan pemerintah dalam hal ini Puslitbanghut dan juga pihak swasta,” ungkapnya
Sani, Pengurus Pegatri Medan dalam kesempatan ini mengatakan kesiapannya untuk menerima pelatihan tentang inokulasi oleh Puslitbanghut. Setelah itu, dirinya siap akan mentransfer ilmu ke anggota Pegatri di daerah.
“Kami berharap Puslitbanghut akan melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas, mengingat Pegatri akan mengirim produk untuk go internasional,” pungkasnya.
Pada kunjungan ini, rombongan berkesempatan meninjau lokasi penangkaran rusa dan menanam bibit pohon meranti yang bernama latin “Shorea Leprosula” yang berada di halaman Puslitbanghut ini.rill/(wa)