Tahun 2019, OJK Catat Perkembangan IJK Membaik dengan Total Aset Rp 8.725 Triliun

*Untung Nugroho : Pertumbuhan Ekonomi Babel Tercatat 3,32 Persen Terendah Setelah Riau

Oleh : Wina Destika

YOGYAKARTA, LASPELA – Perkembangan Industri Jasa Keuangan (IJK) selama tahun 2019 di wilayah kerja menunjukkan grafik yang lebih baik.

“Ini hal tentu berdasarkan catatan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) KR 7 Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) dan Kepulauan Bangka Belitung, dimana untuk total aset secara nasional tercatat Rp 8.725 triliun, tumbuh 6,19 persen,” kata Kepala OJK Region 7 Sumbagsel, Untung Nugroho dalam paparan materi perkembangan IJK 2019 dalam pelatihan wartawan, di Yogyakarta, Jumat (21/2/2020).

Ia menyampaikan, sedangkan untuk DPK Rp 6,109 triliun, tumbuh 6,61 persen, kredit/pembiayaan Rp 5,735 triliun tumbuh 6,17 persen. “Untuk NPL 2,63 persen, tumbuh 0,1 persen dan fungsi intermediasi (LDR) 93,88 persen,” ujarnya.

Lanjut Untung, sedangkan untuk di Bangka Belitung total aset perbankan tercatat Rp 20,22 triliun, tumbuh 1,30 persen. “Sedangkan untuk DPK Rp 19,34 triliun tumbuh 1,75 persen dan kredit/pembiayaan 14,32 persen, tumbuh 10,85 persen,” ungkapnya.

Sementara, dijelaskan Untung, untuk pertumbuhan ekonomi secara nasional 2019 tercatat 5,02 persen. Untuk wilayah Sumatera (5,71 persen) dan Lampung (5,27 persen) pertumbuhannya diatas nasional.

“Dan Pertumbuhan ekonomi Babel tercatat 3,32 persen terendah setelah Riau, karena disebabkan melambatnya produksi pertanian,” terangnya.

Disisi lain, dikatakan Untung, kinerja industri non bank (INKB) se-Sumbagsel Babel 2019 juga dinilai baik, yakni total aset dana pensiun tumbuh 0,58 persen, jumlah piutang pembiayaan 4,78 persen dengan NPF 1,96 persen.

“Sedangkan usaha perasuransian premi menurun 29,07 persen, namun jumlah klaim meningkat 28,59 persen,” tuturnya.

Ia menambahkan, kinerja perbankan selama 2019 total aset tumbuh 3,85 persen (yoy), dana pihak ketiga (DPK) 5,12 persen dan kredit pembiayaan 4,08 persen.

“Selain itu, kinerja perkreditan juga terjaga baik pada rasio nol sebesar 2,87 persen dan fungsi intermediasi sangat optimis yaitu 110,15 persen,” tuturnya.

Kinerja kredit pembiayaan se-sumbagsel secara umum juga dibilang baik, karena untuk persentase NPL, kredit pembiayaan produktif disalurkan pada sektor perdagangan besar dan eceran Rp 47,3 triliun, atau 22,1 persen dari total kredit. Dan NPL sektor produktif tertinggi adalah sektor konstruksi 11,1 persen.

“Sedangkan pada kredit produktif tertinggi, disalurkan pada peralatan rmh tangga Rp 52 triliun atau 24,32 persen dari total kredit dan NPL tertinggi pada KPR ruko/Rukan/KPA sebesar 7,2 persen,” sebutnya.

Ia menambahkan, kinerja industri pasar modal se-Sumbagsel juga dinilai baik, tercermin dari meningkatnya jumlah investor di pasar modal, yakni secara keseluruhan menjadi 119.966 rekening SID, tumbuh 80,93 persen.

“Dari sisi nilai transaksi, saham tumbuh 36,65, sedangkan transaksi reksadana menurun 21,29 persen,” tutupnya.(wa)