Pemkot Pangkalpinang Gencar Lestarikan Budaya Lewat Program Budaya Masuk Sekolah

Editor: Iwan Satriawan
Kabid Kebudayaan pada Dindikbud Kota Pangkalpinang, Ratna Purnamasari. (dok)

PANGKALPINANG, LASPELA – Pemerintah Kota (Pemkot) Pangkalpinang melalui Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) terus berupaya melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tak benda melalui berbagai program kreatif dan edukatif, salah satunya adalah program Budaya Masuk Sekolah.

Program ini tidak dilakukan secara sembarangan atau berdasarkan keinginan segelintir pihak, tetapi melalui pendekatan riset serta kesiapan sumber daya manusia, khususnya keberadaan maestro atau pelaku budaya yang aktif dan memiliki komitmen kuat terhadap pelestarian.

Salah satu contoh keberhasilan program ini adalah “Gasing Masuk Sekolah” yang dimulai sejak tahun 2020.

Keberhasilan ini didukung oleh keberadaan maestro gasing yang tidak hanya memiliki pabrik sendiri, tetapi juga menciptakan aturan pertandingan serta aktif mengembangkan permainan tradisional ini bersama Pemkot Pangkalpinang.

“Kenapa gasing bisa jalan? Karena dari hulunya sudah siap. Ada maestro yang lengkap, bahkan punya semangat luar biasa untuk bantu Pangkalpinang,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Kota Pangkalpinang, Ratna Purnamasari, Minggu (29/6/2025).

Selain gasing, program Dambus Masuk Sekolah juga telah digagas sejak 2020 dengan pendekatan awal kepada guru seni budaya.

Tahun 2022 program ini melibatkan 5 sekolah, meningkat menjadi 12 sekolah pada 2023, dan sedikit menurun pada 2024 karena masalah sertifikasi guru.

Ratna menegaskan bahwa keterbatasan anggaran tidak menjadi penghalang dalam pelestarian budaya. Justru, melalui kolaborasi dengan sekolah, program seperti Dambus Masuk Sekolah, Sejarawan Masuk Sekolah dan Budayawan Masuk Sekolah terus dikembangkan.

“Insyaallah tahun ajaran baru ini kami masuk ke SMK 1 dan SMA 3 sebagai percontohan. Sasarannya adalah peserta didik baru, dan jadwal pelaksanaannya direncanakan akhir Juli atau awal Agustus,” tambah Ratna.

Jumlah sekolah yang ikut serta terus bertambah, meskipun fluktuatif.

Pihaknya juga sudah menghantarkan 12 guru budaya yang ditugaskan, meskipun dua di antaranya terpaksa digantikan karena belum bersertifikat.

Ratna juga membuka peluang kerja sama untuk mengangkat warisan budaya lainnya seperti kuliner, tari, hingga seni kriya seperti teratai paksian dan lainnya tergantung permintaan dan kesiapan sekolah. (dnd)

 

Leave a Reply