PANGKALPINANG, LASPELA – Selama Ramadan 1446 Hijriah jam pelajaran di sekolah SD maupun SMP di Kota Pangkalpinang dikurangi 10 menit dari jam pelajaran biasanya.
Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Nomor 100.4.4/563/DIKBUD/2025 sesuai dengan Surat Edaran dari tiga Menteri, yaitu Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri dengan Nomor 2 tahun 2025 dan Nomor 400.1/320/SJ.
Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Pangkalpinang Hermaini mengatakan, jika jam pelajaran yang biasanya untuk SD itu 35 menit menjadi 25 menit dan untuk SMP 40 menit menjadi 30 menit untuk satu jam mata pelajaran.
“Jadi biasanya masuk sekolah jam 7.00 wib menjadi jadi 7.30 wib dan pulang sekolah dari pukul 13.30 wib maka selama Ramadan pulang sekolah pukul 12.30 wib. Masing-masing kelas tentu berbeda sesuai dengan tingkatannya kalau tingkat rendah maka dia lebih cepat pulangnya,” ujarnya.
Meski jam pembelajaran dikurangi, Hermaini mengaku tidak akan mengganggu maksimalnya jam pembelajaran.
“Karena memang setiap tahunnya seperti itu, sehingga kita sudah tahu jam pembelajaran apa saja yang penting-penting dan akan berlangsung, sementara untuk pembelajaran ekstrakulikuler dan kegiatan lain tidak perlu diisi,” katanya.
Sehingga materi-materi pembelajaran yang berlangsung adalah materi-materi yang lebih penting sesuai dengan Mapelnya masing-masing.
“Selebihnya siswa lebih diprioritaskan untuk diisi dengan materi keagamaan, misalnya saja sebelum KMB berlangsung mungkin ada yang mengaji dulu, kajian Islam atau kegiatan lainnya tergantung sekolahnya,” ujarnya.
Untuk prestasi anak didik selama Ramadan pun dibebaskan ke masing-masing sekolah, apakah ada prestasi khataman, berdakwah, mengaji, tadarusan berpidato agama, pesantren kilat atau kegiatan lainnya.
“Itu kita berikan ke target sekolah masing-masing, karena di kurikulum merdeka itu kita melihat ke keadaan apasih yang menjadi fokus pendidikan di masing-masing satuan pendidikan itu seperti apa, artinya capaian yang mereka inginkan seperti apa jadi terserah mereka mau tadarusan, mau khataman atau kegiatan lainnya,” tuturnya.
Ia berharap, para guru-guru lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kita, sehingga dapat meningkatkan kerohanian bedasarkan keyakinan dan keagamaan masing-masing.
“Selain kegiatan-kegiatan keagamaan, sekolah juga bisa untuk mengajak anak-anaknya untuk berbagi, menyumbangkan ke panti asuhan, mengumpulkan sembako dan dibagikan ke siswa kurang mampu, jadi lebih meningkatkan keimanan yang seperti itu, jadi anak lebih paham arti agama,” katanya. (dnd)