“Hasil survei minat baca dan menulis masyarakat kita masih sedikit, jauh jika dibandingkan negara Malaysia dan Jepang. Semoga momentum FMM dapat meningkatkan minat baca dan menulis masyarakat kita harus sama dengan negara-negara lain”.
(Prima Hariyanto, Ketua Pelaksana FMM)
MUNTOK,LASPELA—Demi meningkatkan minat baca dan menulis di lingkungan sekolah, maka pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ratusan siswa dan guru se-kabupaten Bangka Barat (Babar) mengikuti Festival Membaca Menulis (FMM). Diharapkan momentum tersebut dapat semakin menggairahkan minat baca tulis masyarakat Babar.
Kegiatan yang digelar pada tanggal 12 hingga 13 Mei 2016 lalu di Gedung Diklat Pemkab Babar tersebut dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Babar, Rukiman, Kepala kantor bahasa Babel Drs Hidayatul Astar diwakili ketua pelaksana FMM, Prima Hariyanto, dan para juri.
Prima mengungkapkan, minat membaca dan menulis di Indonesia masih di bawah rata-rata. Kurang dan minimnya dukungan lingkungan, sebutnya, menjadi salah satu faktor penyebab turunya minat baca masyarakat. “Melalui kegiatan ini, kita berupaya meningkatkan minat baca dan menulis bagi para siswa serta guru,”ungkap Prima Ariyanto dihadapan peserta festival yang hadir.
Menurut Prima, saat ini sarana dan prasarana membaca di Indonesia juga masih sangat minim. Untuk itu perlu kerja sama yang baik antara Pemerintah Provinsi Babel dengan Pemda Babar. “Sarana yang dibutuhkan instansi pendidikan terkait minat baca dan menulis haruslah terpenuhi,”paparnya.
Dalam hal ini, kata Prima, dibutuhkan kerjasama yang baik dengan stackholder. “Kami berharap stacholder yang ada di Babar juga berpartisipasi meningkatkan minat baca dan menulis pada masyarakat, sehingga masyarakat pun terhindar dari buta huruf dan angka,”ungkapnya.
Hasil survei, rata-rata masyarakat Indonesia membaca tidak sampai tuntas. Dalam satu tahun, rata-rata masyarakat hanya membaca satu buku. “Jauh dibandingkan Malaysia yang mencapai tiga buku pertahun. Bahkan di negara Jepang, rata-rata setahun warganya bisa membaca sampai 10 buku,”bebernya.
Sama halnya dengan menulis. Hasil survei penilaian indek di Indonesia hanya mampu menghasilkan 8000 judul buku pertahun. Sementara, negeri tetangga mampu menembus angka 10.000 pertahun. “Hasil survei minat baca dan menulis masyarakat kita masih sedikit, jauh jika dibandingkan negara Malaysia dan Jepang,” katanya.
Prima menegaskan, sudah waktunya pemerintah melalui kantor bahasa turun tangan. Dirinya lantas berharap agar momentum FMM yang dihelat saat itu mampu mendorong dan membangkitkan minat baca serta menulis masyarkat. “Minat baca dan menulis masyarakat kita harus sama dengan negara-negara lain,”pungkasnya. (ron)