MENTOK, LASPELA– Puluhan unit ponton isap produksi (PIP) yang digunakan untuk menambang pasir timah sudah beberapa hari terakhir lego jangkar di pesisir Pantai Batu Rakit, salah satu tempat wisata yang terletak di Kecamatan Mentok, Kabupaten Bangka Barat (Babar), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Bahkan ponton-ponton tersebut juga terparkir hingga ke kawasan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu), Tanjung Kecamatan Mentok, yang sempat dikunjungi Presiden Joko Widodo dan Mensos Tri Rismaharini.
Terparkirnya ponton-ponton yang tidak beraturan itu membuat pengunjung Pantai merasa risih.
Masyarakat berharap Pemda Babar dapat melakukan tata kelola yang baik. Kemudian dapat memisahkan antara kawasan wisata dan areal pertambangan timah.
“Kebetulan sedang ada kerjaan di sini (Mentok) dan menginap. Jadi saya sempatkan nyantai ke sini (Pantai Batu Rakit), lihat-lihat pantai sambil makan otak-otak, asyik kan. Cuma saya lihat, banyak ponton tambang parkir, ini kan merusak pemandangan,” ujar Dadang, Senin (3/12/2024) sore.
Dia meyakini, kawasan tersebut bukan areal pertambangan khususnya Pantai Batu Rakit yang menjadi objek wisata daerah.
Hal senada juga dikeluhkan masyarakat setempat bernama Akmal yang kesehariannya berprofesi nelayan dan kerap mencari ikan di daerah itu.
“Kalau ponton itu setahu saya baru ada beberapa hari parkir, tersebar di kawasan Pantai Baru, Batu Rakit dan Rutilahu. Cuma masalahnya, ini mengganggu kita nelayan mencari ikan karena tidak bisa menebar pukat di sana,” ucapnya.
Akmal tak mengetahui persis ponton itu milik siapa. Begitu pula kawasan itu apa masuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk atau tidak.
Namun demikian, nelayan merasa amat terganggu dengan kehadiran ponton tambang di perairan tersebut.
“Beberapa waktu lalu, pukat teman kita ada yang dihantam speedboat milik orang yang hendak mengecek ponton ke arah tengah.
Makanya selain sangat menganggu pemandangan, juga kami nelayan kena dampaknya,” ujarnya.
Akmal berharap, pemilik ponton tidak egois dan tidak sembarangan melakukan lego jangkar, karena di perairan tersebut banyak kepentingan para nelayan pesisir dan wisatawan.
“Kemudian kalau bisa parkirnya jangan pencar, dekatkan saja jadi kami nelayan leluasa pasang pukat. Ini sudah agak mendingan, kemarin itu pisah-pisah, ada yang di tengah-tengah dan pinggir, setelah kami bilang sudah agak menepi dan dekatan,” katanya. (oka)