PANGKALPINANG, LASPELA – Usianya baru 14 tahun, tapi suaranya sudah menjelajah hingga ke Korea Selatan. Maritza Balqis, remaja asal Pangkalpinang, kembali membuat Bangka Belitung bangga. Ia baru saja membawa pulang medali emas dari ajang bergengsi Asia All Stars Festival yang digelar di Negeri Ginseng.
Siswi kelas 3 SMP ini tampil memukau dalam kategori Vocal Solo di ajang internasional yang diikuti oleh 251 peserta dari berbagai negara Asia. Tak hanya mengharumkan nama daerah, Balqis juga menunjukkan bahwa mimpi besar bisa lahir dari kota kecil — asal disertai tekad dan kerja keras.
“Aku mulai suka nyanyi sejak kelas 1 SD,” cerita Balqis, matanya berbinar. “Lalu mulai les vokal di Cantabile Music. Dari sana semua berawal, sampai akhirnya ditawari ikut festival di Korea. Alhamdulillah, Ayah dan Bunda sangat mendukung,” sambungnya.
Dari Hobi Jadi Prestasi
Balqis bukan tiba-tiba jadi juara. Di balik suaranya yang merdu, ada sembilan tahun perjuangan. Ia mengasah kemampuan vokalnya dengan serius, mengikuti berbagai lomba, dan tak pernah berhenti belajar.
Keikutsertaannya dalam ajang internasional tersebut bukan tanpa persaingan ketat. Grand Final Asia All Stars Festival diikuti oleh 251 peserta dari berbagai negara Asia. Namun Balqis mampu tampil percaya diri dan memukau dewan juri hingga berhasil menyabet Gold Medal.
“Bertemu teman-teman dari berbagai macam negara, tentu menjadi kebanggaan sendiri, senang mendapatkan pengalaman baru. Ini pertama kalinya pergi ke Korea karena belum pernah sebelumnya, sekalinya pergi ikut lomba, merasa sangat bangga,” kata gadis kelahiran 14 Mei 2011 itu penuh semangat.
Bakat dan kecintaan Balqis terhadap musik rupanya juga tidak lepas dari lingkungan keluarga. Ia terinspirasi dari sang kakak yang juga memiliki ketertarikan pada dunia musik. Melihat potensi putri mereka, kedua orang tua Balqis, Muhammad Abduh dan Henny Puspasari, terus mendukung penuh perjalanan dan proses pengembangan kemampuan sang anak.
Sang ibunda, Henny Puspasari, mengungkapkan bahwa perjalanan Balqis tidak selalu mulus. “Ada banyak rintangan, tapi karena Balqis memang cinta musik, dia bisa lewati semuanya. Kami sebagai orang tua hanya berusaha mendukung sekuat mungkin,” ujarnya.
Bagi Henny, proses adalah bagian terpenting dari sebuah pencapaian. Ia menekankan bahwa mendampingi anak harus dilakukan dengan sabar dan konsisten. “Orang sering hanya melihat hasil akhirnya, padahal di baliknya ada proses panjang. Anak itu butuh waktu untuk berkembang, jadi jangan buru-buru pindahkan fokusnya ke hal lain.”
Belajar dari Balqis: Menemukan Potensi Sejak Dini
Apa yang dicapai Balqis jadi bukti bahwa minat dan bakat anak perlu diberi ruang dan waktu untuk tumbuh. Dalam kasus Balqis, semuanya dimulai dari rasa suka bernyanyi. Minat itu lalu diasah melalui les vokal, dukungan keluarga, dan keikutsertaan dalam berbagai kompetisi.
Lebih dari sekadar soal bakat, pencapaian Balqis adalah hasil dari keberanian bermimpi dan kerja keras yang konsisten. Ia sudah mengoleksi beberapa prestasi, seperti medali perak di Bandung Choir Festival di Bali dan medali perak juga di Asia All Stars Festival di Singapura — sebelum akhirnya meraih medali emas di Korea Selatan.
Langkah Selanjutnya: Musik, Mimpi, dan Masa Depan
Meski usianya masih belia, Balqis sudah tahu ke mana langkahnya akan dibawa. Ia akan terus belajar dan memperdalam teori musik. Salah satu impiannya adalah bisa bergabung dalam Gita Bahana Nusantara (GBN) — wadah yang mempertemukan talenta muda musik dari seluruh Indonesia.
Balqis adalah gambaran anak muda yang berani bermimpi dan siap menempuh jalan panjang demi passion-nya. Dengan suara emasnya dan dukungan penuh keluarga, ia membawa pesan sederhana namun penting: setiap anak punya potensi — tinggal bagaimana kita membimbingnya.
“Setiap anak itu punya proses yang berbeda,” tutup sang ibu. “Yang penting, nikmati perjalanan itu, jangan buru-buru, dan terus percaya.”
Balqis mengajarkan kita bahwa mimpi besar bisa tumbuh dari langkah kecil — asal ada semangat, dukungan, dan ketekunan. (dnd)
Leave a Reply