“Kami berharap pelatihan ini berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak kalangan, termasuk masyarakat luas,” ujarnya.
Sementara itu, Alias dari SDN 19 Tempilang menilai pelatihan ini sebagai pemantik semangat untuk terus berkarya di bidang tulis-menulis.
“Sebelumnya kami belum paham cara membuat karya ilmiah populer. Sekarang kami lebih percaya diri dan termotivasi,” tuturnya.
Ermawati, guru SDN 10 Jebus, menambahkan bahwa program ini menjadi ruang strategis bagi para guru dalam mengasah kompetensi dan menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan daerah.
“Kami berharap bisa menyuarakan opini-opini konstruktif untuk kemajuan pendidikan Bangka Barat,” ungkapnya.
Ketua pelaksana kegiatan, Derry Nodyanto, menyebut Timah Mengajar bukan sekadar program CSR, tapi langkah nyata memperkuat ekosistem literasi di daerah.
“Dampaknya tak hanya dirasakan para guru, tapi juga dinas pendidikan, komunitas literasi, hingga generasi muda. Ini energi baru bagi pendidikan di Babel,” ujarnya.
Menariknya, hasil pelatihan ini akan dibukukan menjadi kumpulan opini ilmiah populer dan pantun literasi, yang akan disebarluaskan ke masyarakat sebagai bagian dari gerakan literasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Leave a Reply