“Dulu sih ngerasa tersiksa sekali datang ke sini, tapi ternyata tidak seseram yang dibayangkan. Yang paling diingat itu kedisiplinan, sesuatu yang akan kita bawa seumur hidup,” ujarnya.
Selain itu, Lizulka juga merasa bahagia melihat sepeda yang digunakan oleh generasi mereka dulu masih ada di asrama. Tidak banyak perubahan yang terjadi dan suasa asrama yang khas masih terasa sama.
Menurut Lizulka, program PBS PT TIMAH telah menjadi jembatan bagi banyak anak berprestasi, termasuk mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.
“Keberadaan program ini seperti membuka pintu, seperti memberikan tangga bagi anak-anak daerah operasional timah untuk mendapatkan kesempatan lebih baik dalam pendidikan,” tambahnya.
Lizulka, yang kini aktif pada lembaga nirlaba yaitu Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), mengaku bahwa beasiswa dari PT Timah adalah peluang terbesar dalam hidupnya untuk meraih cita-citanya.
“Kalau saya tidak menerima program beasiswa ini, mungkin saya tidak akan bisa kuliah di universitas diluar sana. Program ini membuka pintu bagi anak-anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas untuk meraih masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.
Leave a Reply