Bangkitkan Kejayaan Lada, Disperindag Babel Upayakan Optimalisasi Tata Niaga Lada

* Resi Gudang Kembali Digaungkan

PANGKALANBARU, LASPELA – Bangkitkan kembali kejayaan lada Babel, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) bersama PT. Kelring Berjangka Indonesia (KBI) duduk bersama dengan para petani dan pelaku usaha lada membahas dan diskusi optimalisasi tata niaga lada.

Diskusi santai optimalisasi tata niaga lada yang berlangsung Selasa Pagi (30/7/2024) di restoran Jabrix Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah ini mengundang para petani lada, koperasi lada, dan para pelaku usaha lada.

Kegiatan yang berujuan untuk membangkitkan kembali kejayaan lada dan mensejahterakan petani lada itu, dibungkus dalam program diskusi antara PT. Kelring Berjangka Indonesia (KBI) bersama dengan pemerintah Provinsi Babel dan stakeholder komoditas lada.

Sekertaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Deki Susanto mengatakan pertemuan santai antara pemerintah daerah, KBI, pelaku usaha dan petani lada serta koperasi lada, untuk membahas tata kelola ekosistem perdagangan lada melalui skema resi gudang dalam upaya menata kembali pengelolaan lada, dengan melibatkan KBI.

Tujuanya tak lain, untuk mensejahterakan petani dan para pelaku usaha lada sehingga  Montok White Papper menjadi jaya kembali, dan menjadi kembanggaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan segala kelebihannya.

“Lada kita itu sangat sepesial, kadarnya sangat tinggi rasa pedasnya dan kita tata kembali kejayaan lada Babel ini. KBI berusaha membantu kita, kita diskusikan di sini dengan santai,” ujarnya.

Rencananya, PT. KBI bersama Pemprov Babel akan menata kembali Tata Kelola Ekosistem Perdagangan Lada melalui Skema Resi Gudang dalam bentuk pembiayaan dan pemasaran.

“Pertemuan ini, untuk memberikan masukan kepada kita dan KBI agar membawa angin segar buat kita semua yang hadir pada hari ini. KBI berusaha untuk mengajak kita, skema eskosistem perdagangan resi gudang,” katanya.

Nantinya, sambung Deki skema ekosistem perdagangan lada ini membawa manfaat mulai dari memberikan pembiayaan kepada petani yang tergabung dalam korporasi, kemudian menstabilkan harga karena melihat harga di tingkat nasional dan adanya kepastian harga yang ditetapkan serta memasarkanya.

“Jika melihat pertumbuhan ekonomi Babel pada saat ini yang kurang baik, harga timah mengalami penurunan, namun lada harganya sekarang ini mengalami kenaikan, dari Rp120.000 sampai dengan Rp125.000/per kilogram,” jelasnya.

Dia menyebutkan, tujuan dari Ekosistem Perdagangan Lada Melalui Skema Resi Gudang untuk meningkatkan marwah lada dan menggembalikan kejayaan lada, yang tujuan akhirnya untuk kesejahteraan petani dan pelaku usaha lada.

“Kita kembalikan marwah dan kejayaan lada Babel. Lada Babel kita peluangkan sebagai salah satu kilang Babel yaitu lada, sebagai marhwah selain timah. Aapa yang kita kerjakan ini, untuk kebersamaan semua, mensejahterakan petani lada,” tuturnya.

Deki menjelaskan, Muntok White Papper menjadi kebanggaan bagi masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sebab memiliki keunggulan tingkat kepedasannya yang melebihi standar. Dimana kandungan piperin pada Muntok White Piper mencapai 6 sampai tujuh, di atas standar aturan internasional yang hanya 3,5.

“Penamaannya juga disesuaikan dengan daerah dimana awal mula ditanam lada putih itu ditanam yaitu di Kecamatan Muntok dan Jebus di Kabupaten Bangka Barat. Karena itulah lada putih dari wilayah ini terkenal di dunia dengan julukan Muntok White Pepper,” terangnya.

Oleh sebab itu, dengan adanya pertemuan ini dirinya berharap agar semua pelaku usaha dan para petani lada dan stakeholder komoditas lada, dapat berukar pikiran untuk mengangkat kembali kejayaan lada dan mensejahterakan kembali para petani dan pelaku usaha.

“KBI telah hadir disini dan siap membantu. Niatnya ingian menata kembali tata niaga lada dan resi gudang, seuai dengan tugas dan fungsi KBI, ya salah satunya pembiyayaan,” tuturnya.

Pulau Bangka terkenal sebagai daerah penghasil lada putih terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Lada putih atau dalam bahasa setempat sahang sejak zaman kolonial Belanda di abad ke 18 menjadi komoditas khas Provinsi Babel.

Sementara itu, perwakilan  PT. KBI,  Maulana mengatakan, bahwa pihaknya akan membantu segala kebutuhan petani dan para pelaku usaha untuk mewujudkan perdagangan lada dengan harga pasar yang baik, dan membantu pemasaranya melalui skema resi gudang.

“Yang membedakan resi gudang yang lama dan dengan yang baru kita ada korporasi petani yaitu gabungan para petani. Komoditas petani lada pembiayaannya satu hari bisa cair, asalkan dokumenya lengkap. Di resi gudang sebagai stok,  semakin banyak penyimpan dan harga tinggi bisa dijual,” katanya.

Di pihak Koperasi Lada Babel Andi menilai, banyak keuntung dan segudang manfaat, jika petani lada bekerjasama dengan resi gudang, mulai dari di jamin kemanananya, sampai pada biaya pinjaman serta harga jual menikuti harga pasar global.

Walau begitu, ia menyarakan perlunya sosialisasi terus-menerus mengenai resi gudang lada, sebab hingga saat ini minat petani masih kurang terhadap program resi gudang ini. (chu)