Jusuf Kalla Ajak Masyarakat Beragama dengan Penuh Kesadaran bukan Emosi

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, saat menjadi pemateri dalam Ijtima' Ulama, di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Islamic Center

SUNGAILIAT, LASPELA — Bertambah makmur masyarakat, maka bertambah tinggi tingkat religiusitas mereka.

Seperti yang disampaikan oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, saat menjadi pemateri tentang “Relasi Hubungan Antar Agama Dalam Konteks Hubungan Antar Bangsa”, dalam kegiatan Ijtima’ Ulama di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Islamic Center, Sungailiat.

Ia mengatakan bahwa agama dianggap sebagai pemicu ketika agama dipahami secara subjektif.

Bila otoritas keagamaan yang melekat pada tokoh tertentu disikapi terlalu berlebihan, maka Gap (kesenjangan intelektual, etika dan sosial antara generasi muda dan orang tua) terjadi dimana-mana.

“Tidak semestinya ibadah ansich yang dipikirkan, padahal kebutuhan sebagai manusia yang lebih banyak adalah aspek muamalah,” katanya, Kamis, (30/5/2024).

“Agama sangat maju di Indonesia bila dilihat dari jumlah masjid, namun apakah kesadaran beragama juga meningkat di negeri ini,” tanyanya.

Selain itu, kata Jusuf Kalla, simbol-simbol atau atribut agama tidak boleh membatasi dalam beragama.

Baju misalnya, boleh apa saja bentuknya karena substansinya adalah menutup aurat.

“Mari kita beragama dengan penuh kesadaran bukan emosi, termasuk dalam hal menyikapi ekonomi. Diharapkan para ulama untuk berdiskusi dengan cermat untuk kemaslahatan umat.
Umat Islam harus maju dalam segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi,” ujarnya.

Singkatnya, kata mantan Wakil Presiden RI itu, agama tidak boleh stagnan, tapi harus mendorong mobilitas masyarakat.

Kuncinya adalah ulama, dan Ijtima’ Ulama yang ke-VIII ini adalah forumnya.

Merespon hal itu, Ketua Bidang Fatwa dan Penelitian MUI BABEL dan juga Direktur Madania Center Rusydi Sulaiman mengapresiasi dengan apa yang disampaikan Ketua DMI, Jusuf Kalla.

Terlebih, dengan keilmuan yang dimiliki sehingga memberikan pencerahan yang sangat luar biasa, sehingga hal tersebut menginspirasi para peserta, khususnya para ulama yang hadir untuk lebih moderat dalam beragama.

“Jadi tidak hanya fokus dalam persoalan ibadah ansich, tapi juga memikirkan persoalan-persoalan muamalah,” katanya. (mah)