Tari Bubung Tujuh Sanggar Seni Lawang Budaya Raih Prestasi Tingkat Nasional

SUNGAILIAT, LASPELA — Sanggar Seni Lawang Budaya berhasil menorehkan prestasi tingkat nasional dalam ajang Parade Tari Nusantara ke 39 TMII di Jakarta.

Melalui karya tari berjudul Bubung Tujuh, sanggar seni pimpinan Wandasona Alhamd ini berhasil menyabet penata rias dan busana terbaik atas nama Juwita Handayani dan 10 penyaji terbaik.

Dari raihan itu sekaligus mengokohkan posisi Sanggar Seni Lawang Budaya berada di peringkat 2 setelah Kalimantan Tengah yang berhasil meraih 10 penyaji terbaik, dan diikuti dengan raihan penata tari terbaik serta penata musik terbaik.

Peraih Penata Rias dan Busana terbaik, Juwita Handayani mengaku bangga dan terharu atas prestasi yang diraih oleh timnya.

“Ini luar biasa ya kalau melihat lagi perjuangan kita mempersiapkan Parade Tari Nusantara ini dengan hasil yang kita raih, terharu rasanya, ini keberhasilan kita bersama. Saya tidak akan bisa meraih ini tanpa penata tari dan penata musiknya juga para penari dan pemusiknya, ini hasil kekompakan dan kerjasama Tim,” katanya.

Bubung Tujuh merupakan kisah yang sangat melegenda di tengah masyarakat Suku Mapur atau Urang Lom. Kisah itu di tuangkan dalam garapan tari dengan koreografer Muhammad Rizky dan Penata Musik Wandasona Alhamd serta penata Rias dan Busana Juwita Handayani.

Karya tari ini, kata Juwita adalah refresentasi simbol dari Bubung Tujuh sehingga gerak, musik dan juga rias serta busananya sangat memperhatikan kebutuhan tariannya

“Jadi kalau model bajunya memang saya ambil dari baju kurung khas Bangka Belitung. Untuk pemilihan warna dan bentuk serta tata riasnya saya sesuaikan dengan kebutuhan tarian. Konsep Rias dan Busana serta warnanya ini satu kesatuan dengan property yang digunakan yakni menyimbolkan Bubung atau atap rumah orang mapur yang disebut memarong. secara visualnya kita perlihatkan dan kita sampaikan bagaimana Bubung Tujuh itu melalui simbol property yang kita buat, dan Rias serta busananya, selebihnya aksen – aksen yang mempertebal nuansa suku mapurnya dengan ikat pinggang kulit kayu,” bebernya.

Sementara itu, Koreografer Sanggar Seni Lawang Budaya Muhammad Rizky menyampaikan rasa bangganya kepada para penari yang dianggapnya mampu mempresentasikan karyanya diatas panggung megah sekelas Sasono Langen Budoyo.

“Kita tahu ajang ini bagi tiap daerah itu bergengsi. Panggung Sasono Langen Budoyo yang megah itu mampu ditaklukkan penari – penari kita Lawang Budaya yang kesemuanya masih SMP dan pemusik – pemusik yang sebagian mereka masih SMA.  Dengan mereka mampu menampilkan karya Bubung tujuh ini dengan baik diantara para penari dan pemusik terbaik dan profesional dari berbagai daerah yang ikut serta, itu sudah sangat istimewa bagi saya, saya bangga dengan mereka semua,” tambah Rizky

Keberhasilan Lawang Budaya menoreh prestasi membanggakan ini juga tak terlepas dari Bimbingan Presiden Lawang Budaya Wandasona Alhamd yang sekaligus sebagai Penata Musik tari Bubung Tujuh. Berlatar belakang pengetahuannya di bidang seni tradisional yang di warisi dari Almarhum Ayahandanya Baidjuri Tarsa yang juga Maestro seni pertunjukan Kemendikbudristek RI, Wandasona mampu mengarahkan anak – anak didiknya untuk berprestasi dan mengharumkan nama Kepulauan Bangka Belitung.

“Pertama saya bersyukur sekali mendapatkan anak – anak Lawang Budaya ini yang mereka adalah pejuang tangguh baik penari maupun pemusik mereka masih sangat muda dan dapat diandalkan menjadi penjaga budaya Kepulauan Bangka Belitung melalui seni tari tradisional, penuh pengorbanan mereka untuk sampai di panggung Sasono Langen Budoyo ini tapi semua terbayar dari apa yang telah di hasilkan, saya salut untuk anak anak Lawang Budaya,” ucap Wandasona Alhamd.

Menurutnya prestasi yang di torehnya bersama anak – anak asuhnya di Lawang Budaya tersebut akan di persembahkan untuk kemajuan pembangunan seni budaya Kepulauan Bangka Belitung dan khususnya di Kabupaten Bangka tempat dimana domisili Sanggar Seni Lawang Budaya.

“Ini keberhasilan kita bersama, ini untuk semua pelaku seni di Kepulauan Bangka Belitung dan secara khusus di Kabupaten Bangka. Artinya kita mampu bersaing di kancah  nasional dan mudah – mudahan ini menjadi pemantik bagi pemerintah daerah kita baik provinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun kabupaten Bangka untuk lebih memberi porsi yang ideal dari sisi anggaran bagi upaya pemajuan kebudayaan,” tukasnya. (*/mah)