Soal Permodalan UMKM, Bambang Patijaya: Itu Alasan Klasik

SUNGAILIAT, LASPELA — Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Bambang Patijaya menyebut jika persoalan modal bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah alasan klasik.

Pasalnya, ia mengatakan bahwa pasca pendemi Covid-19 pemerintah telah meluncurkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN), dimana salah satunya ialah program kredit usaha rakyat (KUR).

“Masalah klasik yang dihadapi pelaku UMKM adalah permodalan. Pada tahun 2023, pemerintah telah menganggarkan 460 triliun yang dialokasikan khusus untuk mendorong UMKM, termasuk di Bangka Belitung ini,” kata Bambang, saat menjadi narasumber HUT Gemabudhi ke-37 tahun, di Warkop Lavin, Sungailiat, Senin (20/2/2023).

Alternatif lain, kata Bambang, masyarakat juga dapat memanfaatkan corporate social responsibility atau CSR yang diberikan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dikatakannya, ekonomi kreatif sendiri memiliki 16 sub sektor, termasuk diantaranya kuliner, pengembangan game, design dan lainnya. Masyarakat dapat memilih peluang usaha mana yang akan digeluti.

“Intinya, ekonomi kreatif ini tidak jauh-jauh dari digital, dari internet atau komputer,” kata BPJ, sapaan akrabnya.

Untuk mendukung hal tersebut, BPJ meminta agar para pelaku UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama di bidang digital.

“Pola belanja masyarakat sekarang berubah, belanja online semakin diminati. Untuk itu, kita juga dapat memanfaatkan platform media sosial untuk berjualan atau bergabung dengan platform market yang sudah terkenal,” ujarnya.

Sebelumnya, pihaknya juga menggandeng Kementerian Perindustrian menggelar Diklat 3 in 1 Good Manufacturing Practice (GMP) angkatan ketiga, di Hotel Tanjung Pesona.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengedukasi pelaku UMKM agar dapat mengembangkan produknya, sehingga produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas.

Melalui Diklat ini, UMKM dapat mengetahui teknis pengolahan, efisiensi, higienis dan bagaimana pengelolaan produk agar sesuai dengan standart pasar luas.

“Melalui kegiatan seperti inilah yang akan merubah produk agar lebih baik lagi, sehingga UMKM Babel dapat naik kelas. Karena bukan sekedar rasa dan kemasan, namun juga brand,” ujarnya. (mah)