Harga Sejumlah Komoditas di Babel Masih Tinggi, TPID Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi

PANGKALPINANG, LASPELA – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Budi Widihartanto mengatakan pada Desember 2022 Babel mengalami inflasi sebesar 1,15% (mtm) atau secara tahunan sebesar 5,38% (yoy).

“Berdasarkan rilis BPS, angka tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 5,45% (yoy), serta lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang mencapai 5,51% (yoy),” kata Budi di Pangkalpinang, Senin (9/1/2023).

Ia menyebutkan, berdasarkan kelompok barang/jasa, inflasi Babel terutama disebabkan oleh kenaikan komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices (AP) dengan angka inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,10% (yoy).

“Tingginya angka inflasi kelompok AP bersumber dari kenaikan harga tiket angkutan udara terutama menjelang hari Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 yang menimbulkan permintaan masyarakat terhadap moda transportasi udara meningkat,” ujarnya.

Lanjutnya, sedangkan inflasi pada kelompok pangan bergejolak atau volatile food (VF) dan inflasi inti atau core inflation tergolong rendah masing-masing sebesar 0,004% (yoy) dan 3,73% (yoy).

Selain itu, pada tahun 2022 Pemerintah telah melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kategori subsidi dan non-subsidi secara berkelanjutan sejak Agustus hingga Desember seiring dengan tren kenaikan harga minyak dunia.

“BPS mencatat terjadi peningkatan jumlah keberangkatan dan kedatangan penumpang angkutan udara dari/menuju Bangka Belitung masing-masing sebesar 32,90% (yoy) dan 38,37% (yoy) pada tahun 2022,” jelasnya.

Sementara itu, disampaikan Budi, inflasi kelompok VF tergolong rendah yaitu sebesar 0,004% (yoy). Dimana sejumlah komoditas VF memang mengalami inflasi dengan andil yang cukup tinggi terutama daging ayam ras, beras, dan minyak goreng.

“Namun kenaikan tersebut dapat tereliminasi oleh deflasi pada beberapa komoditas VF lainnya seperti bawang merah, ikan kembung, dan jeruk,” paparnya.

Ia menyebutkan, terjaganya inflasi pada kelompok VF tidak lepas dari peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bangka Belitung dalam melakukan berbagai langkah stabilisasi harga, seperti operasi pasar dan pasar murah, perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD), serta perluasan klaster-klaster pertanian terutama hortikultura yang dilakukan secara masif dan kolaboratif melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

“Meski demikian, tekanan inflasi pada tahun 2023 perlu tetap diwaspadai. Gangguan cuaca yang masih berlangsung di awal tahun dapat berdampak pada jumlah pasokan di sentra-sentra produksi pangan serta gangguan kelancaran distribusi pangan menuju Bangka Belitung,” tuturnya.

Untuk itu, dikatakan Budi, pemerintah daerah perlu melakukan langkah-langkah strategis agar inflasi 2023 dapat lebih terjaga serta fokus terhadap komoditas-komoditas yang masih mengalami tren kenaikan harga.

Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis sampai dengan minggu I Januari 2023, sejumlah komoditas yang masih mengalami kenaikan harga antara lain bawang merah, aneka cabai, daging ayam ras, dan beras.

“Untuk itu berbagai upaya yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan frekuensi operasi pasar/pasar murah terutama pada komoditas-komoditas tersebut, terus memantau kelancaran distribusi pangan di jalur-jalur pelabuhan, serta memperluas KAD baik intra maupun antar provinsi,” tutupnya.(chu)