PANGKALANBARU, LASPELA – Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Bangka Tengah (Bateng), Batianus, S.E., M.M., melaksanakan kunjungan kerja (kunker) ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Bidang Peternakan untuk berkonsultasi terkait dengan kebijakan daerah dalam melindungi peternak lokal dari masuknya hewan ternak dari luar daerah Provinsi Kepulauan Babel.
“Beberapa hari ini saya menerima keluhan dari peternak babi di Kecamatan Pangkalan Baru dan Namang terkait beredarnya daging hewan ternak babi dari Lampung yang berdampak terhadap harga jual hewan ternak babi lokal karena harga daging babi dari Lampung ini relatif murah,” kata Batianus, Selasa (3/1/2023).
“Oleh karena itu saya mau bertanya seberti apa kebijakan daerah dalam melindungi peternak lokal kita,” katanya.
Batianus mendorong intervensi pemerintah untuk melindungi peternak lokal, seperti edukasi tentang formulasi pakan ternak yang tepat untuk menekan biaya pakan ternak, atau bisa juga dengan pemberian bantuan indukan yang dapat berkembang biak dengan cepat dan banyak.
“Hal tersebut akan berdampak baik, di satu sisi kita bisa menyelamatkan peternak namun di sisi lain juga kita harus mampu memberikan harga yang terjangkau bagi konsumen. Kita mau tahu seperti apa peran Dinas Pertanian Bateng menyikapi hal ini,” kata Batianus.
Staf Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Babel, Dody Novianto membenarkan adanya daging babi yang masuk ke Provinsi Kepulauan Babel dari sebuah perusahaan peternakan babi asal Lampung melalui pangkalpinang.
Ia mengatakan masuknya daging babi tersebut dikarenakan kelangkaan daging babi di Provinsi Kepulauan Babel dampak dari penyakit African Swine Fever (ASF), dimana penyakit pada babi tersebut sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100%.
“Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan. Serangan virus ini menyebabkan populasi babi peternak lokal kita ini menurun drastis hingga tersisa 10%,” kata Dody.
Ia mengatakan harga jual babi lokal yang sempat tinggi menyebabkan keran masuk babi dari lampung dibuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Tionghoa yang akan merayakan Imlek dan chengbeng.
“Sekarang ini harga di pasaran sekitar Rp. 250.000. Babi dari lampung ini harus bebas dari virus ASF dan harus sehat,” katanya.
“Kami tidak bisa melarang langsung perdagangan antar daerah ini jika perusahaan Lampung ini sudah memenuhi semua persyaratan yang kami minta sesuat standar, tetapi bisa dibatasi untuk melindungi peternak kita,” kata Dody.
Staf Dinas Pertanian Bateng, Rahmawati mengatakan pihaknya akan turun ke lapangan menemui peternak lokal untuk melakukan pemetaan.
“Kita akan turun ke lapangan memetakan hal ini dan segera kami ambil tindakan untuk melindungi peternak kita,” kata Rahmawati.
Melalui sambungan telepon, Viki, salah seorang peternak babi lokal membenarkan masuknya daging babi dari Lampung ini menekan harga jual babi lokal. “Dari segi kualitas babi lokal lebih baik, kami minta agar babi dari Lampung ini dibatasi karena kami peternak lokal mampu memenuhi permintaan daging babi di dalam daerah Pulau Bangka,” kata Viki, yang beternak Babi di Pangkalan Baru.(jon)