TOBOALI, LASPELA – Bank Sumsel Babel (BSB) Cabang Toboali mencatat hingga November tahun 2022, telah menyalurkan sebesar Rp 45 miliar Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada 863 debitur di Bangka Selatan (Basel).
Kepala Bank Sumsel Babel Cabang Toboali, Edward Octavidy, menyebutkan dari ratusan debitur tersebut merupakan gabungan dari debitur BSB cabang Toboali dan BSB Cabang Pembantu Payung.
“Dari 863 tersebut gabungan dari KUR BSB Toboali dan unit pembantu di Payung,” kata Edward, Jumat (11/11/2022) lalu.
Lanjutnya untuk sektor pinjaman KUR masih di sektor perkebunan kelapa sawit, pertanian, pedagang kaki lima, toko sembako, usaha mikro kecil mikro (UMKM) dan industri rumahan.
Namun untuk sektor unggulan KUR didominasi pada perkebunan kelapa sawit dan pertanian persawahan.
“Sektor unggulan banyak di bidang perkebunan kelapa sawit, disamping itu ada pertanian padi termasuk daerah Rias itu banyak debitur kami juga,” ungkapnya.
Ia menjelaskan untuk target penyaluran KUR BSB cabang Toboali dan unit pembantu Payung tahun 2022 sebesar Rp 60 miliar.
“Target kami tahun 2022 sebesar Rp 60 miliar, sekarang sudah mencapai Rp 45 miliar,” ujarnya.
“Kami akan berupaya mencapai target, kurang lebih persentasenya sudah 70 persen dan kami akan berusaha semaksimal sesuai target sampai dengan Desember, kami optimis mencapai target itu,” terang Edward.
Jika dibandingkan tahun 2021, lanjut Edward ada kenaikan yang signifikan untuk penyaluran KUR dari target yang ditetapkan.
Menurut Edward di tahun ini ada pertumbuhan yang signifikan dari tahun lalu untuk peningkatan penyaluran KUR, kalau di bulan yang sama tahun lalu hanya di angka sebesar Rp 20 miliar.
“Sedangkan tahun ini dibulan yang sama sudah sebesar Rp 45 miliar artinya sudah 100 persen peningkatan pertumbuhan KUR di Basel,” paparnya.
Pinjaman KUR ditujukan kepada debitur UMKM baik di perkebunan hingga pelaku UKM industri rumahan dengan bunga KUR sebesar 6 persen, sehingga diharapkan tidak memberatkan para debitur KUR.
“Industri rumahan yang dibantu lewat KUR seperti pembuatan terasi, kretek, kemplang dan kericu, dengan tujuan mendorong pertumbuhan perekonomian di Basel dan dengan KUR ini bisa membantu meningkatkan usaha juga,” ungkap Edward lagi.
Sedangkan terkait limit pinjaman KUR, diakui Edward terdapat beberapa tingkatan dari Rp 10 juta hingga maksimal Rp 500 juta, disesuaikan dengan skala usaha dengan sumber pengembalian dan kemampuan pengembaliannya dengan tenor maksimal 5 tahun.
Dari 863 debitur KUR di Basel, untuk tingkat kredit macetnya dengan persentase masih minim, masih dibawah ambang batas yang ditentukan, yakni masih 0,6 persen, hitungan itu masih kecil jika dibandingkan angka pertumbuhan tingkat kredit senilai Rp 45 miliar.
“Dan untuk ambang batas kredit macet itu di angka 3 sampai 5 persen, kalau kami di angka 0,6 persen masih kecil masih dibilang kewajaran,” jelasnya.
Ia menambahkan kredit macet 0,6 persen itu disebabkan beberapa faktor, salah satunya dampak dari pandemi Covid-19 dan kenaikan BBM dan anjloknya harga komoditas.
“Bisa saja disebabkan para debitur gagal bayar karena kemunduran usaha dan ada juga penyebab Covid-19 berdampak usahanya mundur dan ada beberapa hal lainnya,” tandasnya. (Pra)