Buku Kemuja: Serambi Makkah untuk Peradaban Dunia Dibedah di Rumah Dinas Bupati

SUNGAILIAT, LASPELA —  Buku berjudul “Kemuja: Serambi Makkah untuk Peradaban Dunia,” dibedah di Rumah Dinas Bupati Bangka, Rabu (9/11/2022).

Dalam acara bedah buku tersebut dihadiri beberapa narasumber diantaranya Wakil Bupati Bangka Syahbudin, Direktur Madania Center Babel Rusydi Sulaiman, Guru Besar UBB Bustami Rahman, Pamong Budaya Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Kepemudaan Olahraga Pemprov Babel Ali Usman, para penulis, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemdes Kemuja dan pegawai di lingkungan Pemkab Bangka, serta Pengurus Madania Center Bangka Belitung.

Direktur Madania Center Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman mengatakan, penulisan buku Kemuja: Serambi Makkah untuk Peradaban Dunia itu dilatarbelakangi oleh beberapa hal.

Pertama, Desa Kemuje (Kemuja) memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Misalnya di bidang pendidikan, ekonomi, budaya, politik, serta agama.

“Jadi telah terjadi persentuhan antara agama dan budaya yang kemudian muncul budaya-budaya baru yang identik dengan nilai-nilai kearifan lokal,” ujar Rusydi.

Kedua, kata Rusydi, terkait dengan pendidikan. Dimana telah terjadi dinamika pendidikan Islam di Desa Kemuje yang dibuktikan dengan tradisi naon di Makkah. Tradisi inilah yang kemudian menginspirasi berdirinya sentra-sentra pendidikan di Pulau Bangka.

“Setelah tradisi naon, muncul sentra-sentra belajar tertentu, misalnya metode pembelajaran ngaji dudok (duduk), sekolah haji atau sekolah arab, Madrasah Diniyah Al-Khairiyah, dan menginspirasi pendidikan-pendidikan lainnya di Pulau Bangka,” terangnya.

Kemudian, adanya warisan dari atok nek Desa Kemuje terdahulu tentang bekal hidup kepada generasi-generasi berikutnya, untuk dijadikan pijakan hidup.

“Atok nek Desa Kemuje itu telah menyentuhkan prinsip hidup bagi generasi berikutnya, sehingga tegar di tengah masyarakat. Misalnya saja, prinsip kejujuran, kemandirian hidup, sikap percaya diri, dan sikap kesederhanaan,” bebernya.

Namun demikian, belakangan ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal.

“Misalnya, berkurangnya kualitas pendidikan. Untuk itu, nilai-nilai tersebut perlu dioptimalkan dan diangkat kembali sebagai kejayaan masyarakat Kampung Kemuje,” tandasnya.

Meski demikian, Rusydi mengaku jika buku tersebut dinilai masih belum sempurna. Untuk itu, dalam hal ini Madania Center membuka diri menerima kritik konstruktif sebagai penyempurnaan buku ini ke depan.

“Tentu penulisan buku ini bertujuan untuk membangun peradaban melalui penguatan-penguatan literasi. Dan kami (Madania Center) consern (fokus) terkait hal itu,” tandasnya.

Sementara itu, Bupati Bangka Mulkan mengatakan, sejarah itu harus ada pembuktiannya, sehingga bisa meyakinkan masyarakat dan semua pihak. Jadi, bukan hanya sebuah cerita yang diketahui oleh masyarakat.

“Melalui buku sejarah Desa Kemuja ini merupakan bentuk nyata atau autentik, dan bisa dibenarkan oleh masyarakat,” ucap Bupati.

Ia juga menyebutkan bahwa tim penulis tidak bersikap egois lantaran masih memberi kesempatan kepada semua pihak untuk mengoreksi apabila dirasa masih kurang.

“Sehingga para penggagas (Madania Center) mengundang kami, serta tokoh masyarakat, tokoh agama dan lainnya untuk bersama-sama memberi masukan apa yang kira-kira dan masih belum jelas tertulis dalam buku tersebut,” katanya.

Pihaknya juga sangat mengapresiasi dan menyambut baik atas diterbitkannya buku tersebut. Sehingga bisa menjadi referensi dan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat Bangka Belitung dan juga generasi muda kedepannya.

Senada, dua narasumber lainnya yakni Bustami Rahman dan Ali Usman mengapresiasi atas penulisan buku yang digagas oleh Madania Center itu, apalagi ditulis oleh kaum muda. (mah)