Gunakan Co-firing Biomassa Woodchips sebagai Bahan Bakar, PLN Masih Terkendala Bahan Baku

MERAWANG , LASPELA – General Manager PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk (UIW) Bangka Belitung (Babel), Amris Adnan mengatakan perjalanan menuju Go Live co-firing dalam penyediaan woodchips sebagai bahan bakar biomassa, dihadapi dengan ketersediaan dan keterbatasan kayu yang akan dijadikan woodchips.

“Saat ini uji coba menggunakan bahan bakar biomassa woodchips dengan komposisi sebesar lima persen dari kebutuhan batubara. Jadi kalau kita menggunakan woodchip lima persen artinya volume batubara juga berkurang lima persen. Jika nanti kita menambahkan persentase maka penggunaan batubara akan berkurang, sehingga energi bersih yang dihasilkan dari pembakaran woodchips ini,” ungkap Amris, disela Go Live Co-firing PLTU Bangka menggunakan woodchips menuju Babel Green Energy, di PLTU Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Selasa (27/9/2022).

“Namun kita masih kesulitan untuk mendapatkan bahan baku untuk woodchips di atas persen,” imbuhnya.

Amris menyebutkan, untuk menambah biomassa woodchips di atas lima persen PLN akan melakukan uji coba lagi di PLN Puslitbang dan PJB.

“Diangka berapa untuk penambahan woodchips ini. Dan upaya pendekatan ke stakeholder menjadi kunci dalam proses penyediaan bahan bakar biomassa tersebut,” sambungnya.

Dia menjelaskan, woodchips didapatkan dari proses kayu yang dicacah dengan ukuran tertentu yang akan dicampur dengan batubara dan digunakan sebagai bahan bakar PLTU.

“Kayu yang digunakan untuk dijadikan woodchips didapat dari hutan-hutan produksi atau lahan masyarakat yang telah mendapatkan izin penggunaan dari pihak yang berwenang,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan Amris, dengan konsep penanaman kembali areal hutan yang sudah diproduksi oleh pemasok, diharapkan kesinambungan ketersediaan woodchips dapat berjalan dengan baik.

“Kami berharap adanya program cofiring PLTU berbahan bakar woodchips ini dapat menciptakan pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar PLTU Air Anyir dan Bangka secara umum, karena kayu-kayu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar campuran batubara di PLTU Air Anyir,” harapnya.

Sementara, Manager Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Babel, Umar Farouk Andi Saputro menambahkan, cofiring di PLTU Air Anyir menggunakan biomassa woodchip dengan sumber energi lokal kayu dari hutan produksi atau lahan masyarakat di pulau Bangka, dengan nilai kalor woodchip ±4000 kcal/kg.

“Produksi woodchip disediakan oleh penyedia yang bekerjasama dengan pemberdayaan petani dan warga sekitar dan didukung dengan program penanaman kembali sehingga tercipta siklus pasok biomassa yang berkelanjutan,” jelasnya.

PLTU Air Anyir Bangka ini memiliki kapasitas daya terpasang sebesar 2 x 30 MW dengan tipe boiler CFB. Rata-rata produksi tahunan PLTU Air Anyir mencapai 354.391 MWh per tahun dan pemakaian Batubara mencapai 365.933 ton per tahun.

Dengan implementasi cofiring lima persen maka PLTU Air Anyir Bangka berpotensi mengkonsumsi 18.297 ton biomassa atau woodchip per tahun atau 1.500 ton per bulan.

Disambut Baik Pemerintah,

Upaya yang dilakukan PT. PLN ini disambut baik oleh pemerintah daerah. Wakil Bupati Bangka, Syahbudin berharap, apa yang dilakukan perusahaan BUMN ini dapat memberikan nilai tambah.

“Dengan adanya cofiring penggunaan woodchip dapat memanfaat kayu-kayu sisa dari panglong kayu. Selain itu dengan adanya woodchip ini dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat dan penggunaan batu baru dapat hemat,” ujarnya.

Ditambahkannya, program cofiring ini juga sangat bermanfaat karena dapat memberikan nilai ekonomis kepada masyarakat, karena selama ini banyak kayu sisa yang terbuang dan dibakar.

“Program ini sangat bagus kedepan, karena di wilayah Kabupaten Bangka ini termasuk daerah tambang. Untuk lahan-lahan bekas eks tambang belum sepenuhnya di manfaatkan masyarakat. Untuk itu kami mengajak masyarakat mari kita manfaatkan lahan-lahan eks tambang yang ada kita gunakan untuk menanam kayu agar program ini dapat berjalan dengan baik,” tutupnya.(chu)