KOBA, LASPELA – Muhammad Yondri (20) warga Cianjur, Jawa Barat korban selamat, hanya bisa tertunduk lesu dan sedih setelah melihat kondisi rekannya Rafi Maulana (20) yang bersama-sama saat melarikan diri terbujur kaku di kamar mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) Bangka Belitung (Babel).
Yondri dan Rafi diketahui melarikan dari dengan cara berenang dari kapal penangkap cumi (kapal compreng) tempat mereka bekerja dengan jarak sekitar 4 km dari bibir Pantai Merapin, Kecamatan Lubuk Besar, Bareng.
Berdasarkan cerita Yondri, berawal pada satu setengah bulan lalu atau bulan Juli, saat itu bermodalkan informasi yang didapatkan dari info lowongan kerja di Facebook, ia melamar pekerjaan di kapal milik PT Sarana Hasil Laut (SHL) yang berlokasi di Ketapang, Pangkalpinang, kala itu sedang bersandar di Pelabuhan Muara Baru Jakarta Utara.
“Rafi ini memang sudah seminggu lebih dulu ada di kapal itu dibandingkan saya,” ujar Yondri tertunduk lesu di Koba, Selasa (13/9/2022).
Awalnya ia juga tidak mengetahui bahwa kapal tersebut akan berlayar ke Babel, tetapi karena gaji yang dijanjikan kepadanya terbilang lumayan besar yakni hingga Rp 4 juta per bulan tanpa dipotong biaya apapun, dirinya pun bersedia ikut walaupun kenyataannya uang yang mereka terima jauh lebih kecil dari yang dijanjikan waktu itu.
“Saya juga enggak tau, kalau yang ngajak saya bekerja itu bukan kapten kapalnya langsung, tapi semacam calo gitu,” sesal Yondri.
Setelah bekerja selama sekitar satu setengah bulan, Yondri mengaku hanya menerima uang sebesar Rp 800 ribu dan harus membeli alat kerja dengan uang pribadi serta banyak potongan lainnya.
“Awalnya itu katanya enggak dipotong apa-apa, tapi pas udah kerja ternyata alat pancing terus disuruh beli sendiri, banyak lah potongannya,” terang Yondri lagi.
Ide Kabur dari Fani
Merasa kecewa dan kebetulan pada malam naas itu, pada Jum’at (9/9/2022) posisi kapal sedang berada di dekat pesisir Pantai Merapin sesama anak buah kapal (ABK) diantaranya Yondri, Rafi, dan Fani berniat kabur dari kapal.
Ide melarikan diri tersebut tercetus dari mulut Fani, tetapi kemudian Fani tak ikut kabur bersama mereka, hanya dirinya dan Rafi yang terjun ke laut dengan membawa tas yang dibungkus kantong kresek.
“Jadi kami perginya itu malam-malam saat orang yang lain sudah tidur dan sedang gerimis. Tapi, teman saya yang satu itu Fani katanya mau nyusul, tapi nyatanya malah enggak ikutan,” sesalnya.
“Mumpung kapalnya agak dekat dari pantai, makanya kami kabur berenang,” paparnya.
Yondri mengatakan di tengah perjalanan berenang ke pesisir pantai, ia dan Rafi melepaskan tas yang dibawa beserta baju yang dikenakan karena basah dan berat.
Tak lama setelah itu ia melihat Rafi sudah lemas dan tak sanggup lagi berenang, bahkan sempat tenggelam beberapa saat, melihat kondisi ini dirinya sempat mencoba menolong dengan menariknya, tetapi karena arus laut yang cukup besar, pegangan Rafi akhirnya terlepas dan dirinya pun tidak melihat Rafi lagi.
“Sebenarnya jarak dari kapal ke pantai itu cukup dekat, tapi arusnya memang agak deras, sekitar 2,5 jam lah saya berenang,” jelas Yondri.
Sesampainya di pesisir pantai, Yondri meminta pertolongan nelayan setempat dan kemudian segera melaporkan kejadian yang dialaminya ke Polsek Lubuk Besar.
Selama tiga hari dirinya pun dirundung gelisah menanti kabar Rafi yang belum ditemukan, merasa sangat kaget ketika pada Senin (12/9/2022) pagi dirinya melihat sesosok mayat dalam posisi telungkup di pesisir Pantai Merapin yang ternyata adalah temannya Rafi.
“Udah mau pingsan saya rasanya, karena saya yakin itu dia. Soalnya celana kolornya sama dan ada gelang di tangan sebelah kanan,” tandas Yondri. (Jon)