Opini  

Diskusi Dramatis dan Heroik di Atas Jembatan Emas

Oleh: Marwan Al Ja’fari (Sekretaris DPRD Babel)

ACARA Discuss On The Bridge 2022 yang diselenggarakan oleh Grup Ngopi pada Jumat malam, (27/8/2022), di Jembatan Emas terasa sangat dramatis dan Heroik. Selama acara diskusi dan dialog berlangsung dari pukul 20.00 s.d. pukul 23.00 wib terjadi empat kali turun hujan.

Dua orang narasumber Pj Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Jamaludin dan Dirut PT Timah Tbk, Ahmad Ardianto, dipandu oleh dua orang moderator handal, Ahmadi Sopian dan Doni Golput, rela berbasah kuyup dan mengajak para peserta agar tidak menyurutkan semangat saat berdiskusi walupun di tengah-tengah guyuran hujan lebat.

Menurut Ahmadi Sopian, diskusi di atas jembatan ini baru pertama kali terjadi, bukan hanya di tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tapi baru pertama kali terjadi di dunia. Apalagi di tengah guyuran hujan, peristiwa seperti ini adalah suatu yang sangat bersejarah dalam memperingati hari kemerdekaan.

Dalam acara diskusi tersebut, para narasumber banyak mendapatkan pertanyaan-pertanyaan kritis dari para peserta yang kebanyakan datang dari Grup Ngopi di Pangkalpinang dan Sungailiat, tentunya dengan gaya yang khas diskusi di warung kopi. Terlihat sekali dari cara mereka melontarkan pertanyaan seperti sudah sangat terlatih dalam berdiskusi .

Bagi para peserta yang tidak terbiasa berdiskusi dengan gaya mereka mungkin akan menyakitkan telinga dan mendebarkan jantung saat mendengar mereka melontarkan pertanyaan pertanyaan. Tapi bagaimana dengan kedua narasumber dalam mengatasi pertanyaan- pertanyaan dari para peserta?

Bpk Pj Gubernur, Ridwan Jamaludin dan Dirut PT. Timah Tbk, Ahmad Ardianto dalam mengatasi situasi diskusi seperti ini terlihat sekali kepiawaiannya. Mereka berdua memperlihatkan kualitas narasumber yang sangat kompeten dalam mengisi acara diskusi yang panas seperti ini.

Semua pertanyaan yang dilontarkan, dijawab dengan tegas, lugas, dan masuk akal, sehingga membuat para peserta menjadi terdiam, terpesona kemudian disambut dengan tepuk tangan tanda menerima dan puas atas jawaban yang diberikan.

Sesuai dengan prediksi saya saat memberikan sambutan sebagai pengantar diskusi, saya katakan bahwa dua orang tokoh yang menjadi narasumber pada malam hari ini bukan lah tokoh kaleng-kaleng. Mereka adalah dua orang insinyur lulusan ITB yang memiliki kecerdasan dan kepintaran di atas rata-rata. ITB itu lambangnya kepala gajah yang dinamakan Ganesha.

Kalau kita lihat arti dari Ganesha adalah dewa kecerdasan dan dewa ilmu pengetahuan. Jadi kita tidak heran lagi kalau lulusan dari ITB itu, orangnya pintar- pintar dan cerdas-cerdas, karena di manapun mereka bertugas dan berada selalu diikuti dan di bayangi oleh Dewa Ganesha, yaitu dewa yang memiliki kecerdasan dan berilmu pengetahuan, demikian cuplikan yang saya sampaikan pada saat memberikan kata sambutan mewakili para peserta.

Tentunya akan lebih hikmat dan menarik jika acara diskusi itu didukung oleh cuaca yang bagus apalagi dilaksanakan saat bulan purnama di atas jembatan, saya yakin acara akan lebih hikmat dan sukses lagi.

Begitu juga saat mendengar penjelasan
makna dan filosopi jembatan, dalam acara ini tampaknya langsung diaplikasikan. Sebagaimana jembatan memberikan pelajaran bahwa fungsinya adalah sebagai penghubung.

Terlihat sekali semalam PJ Gubernur Babel dan Dirut PT Timah Tbk yang diberikan amanah sebagai seorang pemimpin mampu menjadi penghubung dari berbagai macam elemen masyarakat yang berbeda, mendekatkan yang jauh dan merekatkan yang terpisah, serta menjembatani masalah- masalah di masyarakat yang belum tersampaikan.

Begitu juga dengan PT. Timah yang selama ini terkesan ekslusif dan tersekat, sekarang di bawah kepemimpinan Ahmad ardianto menjadi perusahaan yang terbuka dan mencair dalam menjalin hubungan dengan publik.

Menyaksikan acara diskusi malam tadi serasa menyaksikan duet maut antara Rocky Gerung dan Ustd Abdul somat yang selalu tegas dan lugas dalam menjawab semua pertanyaan.

Para peserta yang hadir masih mengharapkan acara-acara seperti ini agar tetap berlanjut di kesempatan dan waktu yang lain. Sepertinya semboyan negeri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Negeri Serumpun Sebalai sudah mulai dilestarikan di tengah-masyarakat.

Kalau dahulu sebelum menjadi provinsi semboyan kita adalah Sepintu Sedulang, yang berarti setiap pintu diminta ikhlas berkontribusi menyumbangkan makanan di dalam dulang, sumbangannya masih berbentuk materialistik, tetapi setelah kita menjadi provinsi, semboyan kita berobah menjadi Serumpun Sebalai yang mengandung makna, setiap kelompok, entitas atau group di masyarakat berkumpul di suatu balai untuk berdiskusi, berdialog, dan bermusyawarah dalam rangka mengeluarkan ide-ide, pikiran dan gagasan, sumbangan dan kontribusi yang diberikan sudah dalam bentuk Idealistik untuk Negeri Kepulauan Bangka Belitung.

Kita semua tentu merasa senang karna acara seperti ini mendapat dukungan dari pemimpin tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Para peserta diskusi pun merasa sangat senang karena adanya ruang untuk menyalurkan aspirasi nya langsung kepada pejabat yang berwewenang.

Mereka sangat mengharapkan dan akan menunggu adanya acara dialog, diskusi, dan musyawarah seperti ini diwaktu dan kesempatan yang lain.

Semoga… Masih ada…. (*)