PANGKALPINANG, LASPELA – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Melati Erzaldi, duduk berdiskusi bersama aktivis kampus Widya Septiana, beserta mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Bangka Belitung (UBB) pada acara Bincang Santai mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual” yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) FH UBB, di Jugend Diskusi Coffee, Kamis (24/3/2022) malam.
Dalam diskusi tersebut, Fenny Desy salah satu mahasiswi FH UBB menceritakan satu kasus pemaksaan pernikahan yang terjadi di salah satu desa di Babel hingga terjadi pernikahan di bawah umur. Padahal katanya, untuk mencegah kejadian tersebut pihak BEM, DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa), telah banyak melakukan sosialisasi.
“Saya yakin sekali sudah banyak dan sering sekali organisasi kemahasiswaan yang melakukan kunjungan ke desa-desa untuk penyuluhan dan sosialisasi. Tapi sayangnya saya rasa kegiatan ini kurang efektif, bahkan tidak ditanggapi secara instan agar dapat menanggulangi kejadian tersebut,” kata Fenny.
Menanggapi hal tersebut, Melati Erzaldi yang juga sebagai Bunda PAUD Babel membenarkan jika dalam memberikan edukasi kepada masyarakat desa menjadi pekerjaan rumah (PR) terbesar. Apalagi yang memberikan sosialisasi merupakan mahasiswa, sehingga tidak terlalu dipedulikan, karena terkait judgemental yang menganggap para mahasiswa ini masih bocah.
“Satu-satunya cara, kami memulai dengan hal-hal kecil, seperti melalui komunitas-komunitas kecil. Kalau saya, mulai lewat PKK yang memang bersentuhan langsung dengan keluarga. Apa yang kami lakukan? Karena kami punya pokja (pola asuh anak dan remaja), di situ kita bisa masuk dengan program-program PKK untuk memberikan edukasi,” ujar Melati Erzaldi.
Melati membeberkan, dia telah mencoba memberikan edukasi lewat permainan, seperti monopoli dan bermain peran. Bahkan bisa juga dengan dongeng, yang mana kebetulan dia juga merupakan Pembina Kampung Dongeng. Menariknya, justru orang tua juga suka mendengarkan dongeng, dan ini sudah pernah dilakukan.
“Saya yakin dengan cara ini, justru mereka yang ingin kita edukasi lebih masuk dan mengerti. Apalagi jika ini terkait soal hukum, yang bahkan jangkauan mereka pun nggak sampai ke situ,” kata Ketua TP PKK Babel tersebut.
Melati menekankan, dalam menyampaikan pesan perlu yang namanya inovasi, agar audiens mengerti dan tidak bosan. Selaku aktivis kampus dan mahasiswa FH UBB, Widya Septiana juga setuju dengan paparan Bunda PAUD Babel itu. Mahasiswa memang perlu mencari tahu apa kesukaan mereka (orang tua) agar dapat diterima.
Dalam bincang santai ini, Istri Gubernur Babel Melati Erzaldi yang juga merupakan lulusan ilmu hukum, dan Widya Septiana bertukar cerita hingga pengalaman menangani kasus berkenaan dengn pelecehan, dan kekerasan seksual pada anak.
Tak lupa pula, Melati juga menyinggung permasalahan tentang pentingnya parenting , atau pola asuh orang tua terhadap anak, terutama mengenai edukasi seks. Bersama Widya, Melati pun juga mengingatkan untuk tidak takut speak-up, dan mendukung penuh korban pelecehan dan kekerasan seksual di daerah sekitar.
Acara bincang santai tersebut menarik minat yang besar. Hal ini tampak dari banyaknya pertanyaan maupun pendapat dari para mahasiswa. Kemudian, saat menutup acara yang diadakan oleh BEM KM FH UBB tersebut, Melati Erzaldi menyampaikan harapannya.
“Harapannya kita bisa bergerak bersama, men- support bersama. Teman-teman mahasiswa ini bisa menjadi kader-kader yang membantu masyarakat, terutama masalah hukum yang terjadi pada anak, perempuan, maupun laki-laki.” ujar Melati.rill/(wa)