Oleh: Agus Ismunarno
Wartawan Utama
GREYSIA DAN APRIYANI sebagai representasi Bangsa Indonesia mengukir kejuaraan dunia Bulu Tangkis di Olimpiade Tokyo 2021.
Juara dunia itu dipersembahkan saat Indonesia memasuki bulan “sakral” memperingati kemerdekaan Republik Indonesia.
Maka, kemenangan keduanya menjadi kemenangan yang sangat bermakna.
Greysia Polli orang Minahasa tulen ada keturunan Tionghoa (Kristen). Apriyani Rahayu keturunan Blitar Papua (Islam) dan Pelatih Eng Hian keturunan Tionghoa tulen asal Solo.
Indonesia menyatukan mereka dari detik ke detik dari waktu ke waktu. Persatuan mereka mendarah daging dan pada puncaknya menggetarkan; menggetarkan Indonesia. Menggetarkan dunia.
Manakala kebhinekaan bersatu di bawah bendera merah putih, hasilnya pasti: kejayaan Indonesia.
Kejayaan Greys dan Apri di Olimpiade menyodok rasa kebangsaan kita yang akhir-akhir ini terbelah.
Greys dan Apri juga mengingatkan kita bahwa kehormatan dan kemuliaan sejati itu diperjuangkan bukan jalan pintas.
Greys dan Apri mengajak kembali kita semua untuk berakit rakit ke hulu berenang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang senang kemudian.
Eng Hian, Greys dan Apri percaya pada kearifan Kahlil Gibran; “Sebagaimana cinta menyalibkanmu, demikian pula ia akan memahkotaimu.”
Kini mahkota kemuliaan dan keagungan itu telah dikenakan oleh Greys dan Apri.
Citius, Altius, Fortius. Itulah jalan yang ditempuh Greys dan Apri. Kita pun wajib menempuh jalan yang sama dalam meraih eksistensi di atas eksistensi kita sekarang ini. Semoga!!