JAKARTA, LASPELA – Ahli hukum tata negara dan pengamat publik, Refly Harun turut mengomentari isu yang menyebutkan Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan berpisah.
Menurut Refly di kanal Youtube-nya yang diunggah 29 Oktober 2020, hal tersebut bisa saja terjadi. Jokowi, kata Refly tidak nyaman berada di kalangan PDIP sendiri, karena tidak pernah menjadi orang nomor satu.
“Sebenarnya kalau bicara kedekatan, justru terlihat Presiden Jokowi tidak nyaman dekat dengan kalangan PDIP sendiri,” ujarnya.
“Sederhana, karena di PDIP dia tidak pernah menjadi orang nomor satu, misalnya dalam sebuah kesempatan Megawati sudah mengindikasikan akan turun pasca pemilu 2024, tidak ada jaminan juga Presiden Jokowi akan mendapat tempat di PDIP pasca menjadi presiden,” tambahnya.
Salah satu contoh yang menurut Refly dapat menjadi rujukan atas isu tersebut yaitu dalam pembahasan UU Cipta Kerja dimana Jokowi lebih terlihat dekat dengan Ketua Umum partai Golkar, Airlangga Hartanto.
Jokowi, tambah Refly punya kekuatan untuk bisa lepas dari PDIP, dengan mencoba berlabuh ke partai lain atau berdiri sendiri melalui non parpol. “Kekuatan utama Jokowi hingga saat ini justru ada pada kekuatan non parpol, para relawan yang masih setia, dan bisa jadi kekuatan ini lah yang akan digunakan untuk membuat jalur politik sendiri,” bebernya.
Langkah tersebut hampir sama seperti yang dilakukan oleh dua presiden sebelumnya yakni Habibie dan Abdurrahman Wahid. “Bisa juga dia membangun kekuatan non partai sebagaimana yang dilakukan presiden dahulu, Habibie Centernya, juga Abdurrahman Wahid membentuk Abdurrahman Center,” kata Refly.
Namun, isu tersebut diyakini pula oleh Refly tidak terjadi dalam waktu dekat melainkan akan terjadi pasca 2024. “Mungkin menjelang Pilpres 2024, di mana konstelasi akan berubah misalnya, PDIP mencari jalannya sendiri, menunjuk calon sendiri, tapi Jokowi bisa mencari jalan lain,” kata Refly.