SUNGAILIAT, LASPELA — Eksistensi pondok pesantren di Indonesia tak kalah dengan sekolah-sekolah formal lainnya, terbukti beberapa pondok pesantren kini sudah menerapkan metode pembelajaran berbasis teknologi.
Pengurus Badan Wakaf Pondok Pesantren Darul Abror, Rusydi Sulaiman mengatakan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia, namun di era modern ini terus berupaya untuk mengimbangi kemajuan dalam dunia teknologi.
Menurutnya, pondok pesantren terdiri dari dua macam yakni pondok pesantren Salaf atau Salafiyah yang mengacu pada metode pembelajaran ulama terdahulu, dan pondok pesantren Khalaf atau biasa disebut pesantren modern yang menerapkan kurikulum pendidikan umum dengan sistem klasikal yang berafiliasi ke Kemendikbud dan Kemenag.
“Pesantren Salafiyah ini tetap konsisten untuk menjaga sikap ortodoksinya ditengah masyarakat, sedangkan pesantren modern ini sudah jelas dalam menerapkan metode pembelajarannya identik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ungkap Rusydi saat dihubungi melalui pesan singkat WhatsApp, Jumat (22/10/2020).
Namun demikian, sambung Rusydi, belakangan ini juga muncul pondok pesantren perpaduan antara Salaf dengan Khalaf.
“Jadi walaupun mengajarkan kitab kuning tapi para kyai sudah menggunakan power point dan menggunakan proyektor sebagai media pembelajarannya, dan santripun bisa mengakses itu semua semua dengan mudah,” ujar Rusydi Sulaiman yang juga alumni Pondok Modern Darussalam Gontor dan juga Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo Jawa Timur.
Bahkan menurutnya, tidak sedikit pondok pesantren yang di dalamnya sudah dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran santri.
“Pondok pesantren sekarang sudah banyak yang dilengkapi dengan ruangan laboratorium ataupun komputer. Bahkan pondok pesantren juga sudah ada yang memiliki minimarket, toserba dan sistem pembayarannya pun tidak manual lagi, tapi sudah menggunakan kartu kredit atau debit,” terangnya.
Untuk itu, Rusydi Sulaiman mengatakan pondok pesantren selain harus menjaga ortodoksinya, pondok pesantren juga dituntut untuk melakukan langkah-langkah dinamis di dalam sejarah peradaban Islam.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan jika pondok pesantren memiliki panca jiwa, nilai, tradisi dan prinsip-prinsip yang membuat pondok pesantren sangat konservatif punya pijakan dan idealisme yang kuat, sehingga ketika menyikapi perubahan zaman tidak mudah goyah.
“Berbeda dengan sekolah-sekolah formal ketika tidak ada nilai, tradisi, dan prinsip maka output dari alumni sekolah formal ini tidak sekuat prinsipnya dengan lulusan pondok pesantren,” tandasnya. (mah)