Disdik Pangkalpinang Tanamkan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya

Kadisdikbud Kota Pangkalpinang Drs. Edison Taher berfoto bersama tim Disbudpar Bandung sesaat usai pementasan di Alun-alun Taman Merdeka Pangkalpinang, Selasa (19/12). Foto: STEF/LASPELA

PANGKALPINANG, LASPELA- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pangkalpinang yang dikomandani Drs. Edison Taher terus melakukan upaya penanaman dan penguatan pendidikan karakter berbasis budaya.

Terbaru, Disdikbud Pangkalpinang bekerja sama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bandung menggelar pementasan bersama dan apresiasi Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) Kota Pangkalpinang, Selasa 19 Desember 2017.

Kepala Disdikbud Kota Pangkalpinang, Drs. Edison Taher, menjelaskan, GSMS ini merupakan gerakan nasional Kemendikbud yang memberikan peluang bagi seniman untuk bersinergi dengan sekolah tentang seni dan budaya di semua tingkatan pendidikan.

“Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini, kita mencari seniman untuk hadir di sekolah. Siswa-siswa dipersiapkan selama tiga bulan sebelum pementasan. GSMS tahun ini di Pangkalpinang melibatkan 8 sekolah dari SD-SMA/SMK yang sumber dananya dari pusat tapi sebelumnya Disdikbud Pangkalpinang sudah menganggarkan dana dari APBD untuk kegiatan serupa bagi 10 sekolah lainnya. Semoga GSMS ini dapat semakin menguatkan pendidikan karakter dalam diri peserta didik,” kata Edison Taher dalam diskusi terbatasnya dengan LASPELA .

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung, Drs. H. Agus Firman, M. Si mengapresiasi GSMS di Kota Pangkalpinang ini. Dia menyebutnya sebagai kegiatan luar biasa yang sejatinya diapresiasi.

“GSMS ini harus menempatkan budaya sebagai tuntunan. Orang tertib, tidak membuang sampah sembarangan, kan itu budaya. Sekolah dan belajar itu budaya. Tentu kearifan-kearifan lokal ini harus diperkuat. Dikemas dalam sebuah atraksi budaya tontonan dan tontonan itu sendiri harus menjadi tuntunan bagi siswa-siswa untuk belajar menjadi generasi beradab,” ujarnya dikonfirmasi LASPELA 

Dia berharap, kearifan budaya lokal seperti budaya ngantri, hormat pada yang lebih tua, gotong royong, dan lainnya terus dilestarikan dan jangan sampai tergerus oleh budaya lain. Budaya lokal, lanjutnya, harus menjadi tuan rumah di daerah sendiri. (Stef)

Editor: Stefan H. Lopis