Para penggarap lahan sahang (lada) ini, kata Haji Duk, setidaknya bisa mendapatkan harga yang layak dan terjamin pemasarannya. Harga sebelumnya petani mendapatkan harga jual dikisaran Rp. 65 ribu dipasaran bahkan di bawah 60 ribu jika diserahkan ke pengepul. “Kalau sebelumnya dengan harga (rendah) sekarang ya berapapun harganya tetap dijual. Enggak ada hasil dengan harga segitu. Sementara harganya merugi menurut kita sendiri. Di luar itu kan engga ada hasil,” kata dia.
Saat ini, lada kering diharga Rp 65 ribu per kilo. Sementara, Kalau dijual di pengepul hanya di kisaran Rp 60 ribu. Untuk meningkatkan produksi lada, Haji Duk meminta Erzaldi untuk melatih para petani sehingga mendapatkan pengetahuan baru tentang teknik menanam lada dengan produksi tinggi.“Dengan sekarang ini kita kalah teknologi dengan negara lain. Dengan harga sekarang negara lain enggak ngeluh. Sementara untuk petani Bangka Belitung ini kan satu pohonnya produksinya seratus ribu. Kalau bisa jadi 100 ribu laah jadi masih diuntungkan. Jadi harapan itu kita petani itu diberi petaltihan pengetahuan teknologi lah untuk supaya hasilnya bertambah,” pungkas juragan lada Babel itu.
Leave a Reply