PLN Babel Salurkan Dana CSR untuk Komunitas Desa Wisata di Belitung

Pihak perwakilan PLN Babel saat menyerahkan bantuan dana tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) bagi empat komunitas di Belitung.

TANJUNGPANDAN, LASPELA- PT PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung menyalurkan bantuan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk mendukung pertumbuhan pariwisata di Belitung.

Empat komunitas masyarakat di  Kecamatan Sijuk mendapat bantuan CSR dari PT PLN Babel masing-masing Rp 50 juta.

Keempat komunitas tersebut antara lain komunitas Kuale Desa Sijuk, komunitas bakau labunaji Desa Tanjung Tinggi, komunitas penangkaran penyu (tukik) Desa Keciput, dan komunitas Desa Wisata Kreatif di Desa Terong.

Komunitas masyarakat ini diberikan kesempatan mempresentasikan program unggulan dan pengembangan kegiatan wisata.

Komunitas Desa Wisata Kreatif Desa Terong lebih fokus ke program kuliner dan soevenir khas Desa Terong.  Kelompok ini memikiki lahan sekitar enam hektar, disana dimanfaatkan untuk bertanam sawi.

“Sawi dicampur ikan pernah dibuat dan kami coba dan rasanya juga enak sekali,” kata Fani, anggota kelompok Desa Wisata Kreatif Desa Terong.

Adapun komunitas bakau labunaji Desa Tanjung Tinggi dan komunitas kuale Desa Sijuk fokus pengembangan lokasi mangrove. Di sana sudah ada objek wisata tracking lokasi mangrove.

Objek ini baru terbentuk awal 2017. Pertama kali mulai berjalan saat lebaran idul adha lalu. “Kegiatan ini murni dilakukan komunitas masyarakat Desa Tanjung Tinggi,” kata Kandi anggota komunitas bakau labunaji.

Sementara komunitas penangkaran penyu (tukik) Desa Keciput ini sudah berjalan empat tahun melakukan pengerjaan konservasi penyu.

Manajer Teknik Wilayah Bangka Belitung, Eko, mengatakan kondisi listrik di Belitung surplus. CSR merupakan bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar.

Pariwisata, kata dia, sedang tumbuh di Belitung. Maka harus didukung dengan kelistrikan yang baik. Kendala di Belitung hanya faktor alam, seperti petir, pohon, dan hewan.

“Saya monitor listriknya jauh lebih baik dibanding Bangka. Tingkat gangguan jauh lebih kecil,” ujarnya. (Jun)

Editor: Stefan H. Lopis