Rakyat Ingin Pertahankan NKRI

Sumber SMRC.

MAYORITAS masyarakat Indonesia tetap menginginkan NKRI yang bersandar pada Pancasila dan UUD 1945, serta menolak NKRI digantikan dengan konsep negara Islam atau khilafah. Hal tersebut tercermin dari temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) belum lama ini.

“Kesimpulan dasarnya bangsa Indonesia menolak konsep khilafah,” kata pendiri SMRC, Saiful Mujani, saat memaparkan hasil survei lembaganya, di Jakarta, Minggu 4 Juni 2017.

Survei yang menggunakan dana CSR SMRC pada 14-20 Mei 2017 itu bertujuan merespons pertanyaan yang muncul di masyarakat terkait isu-isu fundamental negara-bangsa yang mengemuka belakangan ini.

Dalam temuan survei tersebut, 79,3% responden menilai NKRI yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945 merupakan yang terbaik bagi rakyat Indonesia.

Sebaliknya, hanya 9,2% yang ingin menggantinya menjadi negara Islam atau khilafah.

Masyarakat juga menilai bahwa gerakan Islamic State (IS) yang berkembang saat ini merupakan ancaman bagi NKRI (89,3%). Menurut mereka, IS tidak boleh ada di Indonesia (92,9%).

Tak hanya IS, organisasi kemasyarakatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pun mendapat penolakan.

Dari mayoritas warga yang tahu, cita-cita perjuangan HTI ialah mendirikan khilafah, hampir semua tidak setuju (55,7%) dengan cita-cita tersebut.

Bahkan, mereka yang tahu soal HTI pun setuju dengan rencana pemerintah untuk membubarkan ormas tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, sosiolog Thamrin Amal Tomagola mengingatkan semua elemen bangsa untuk tetap waspada. Menurut Thamrin, ancaman yang dilakukan IS dan HTI ialah merongrong NKRI, keanekaragaman atau kemajemukan bangsa, dan kewibawaan serta otoritas ormas Islam yang mainstream.

Terkait dengan kewaspadaan tersebut, menurutnya, pemerintah selain membubarkan atau mencabut izin pendaftaran HTI, juga harus menutup peluang kerja sama lembaga pemerintah pusat dan daerah dengan HTI.

“Kalau itu ditutup, ruang gerak mereka (HTI) dibatasi,” jelasnya.

Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti berpendapat masyarakat jangan lengah terhadap dua gerakan tadi, tapi jangan juga paranoid. “Ancaman itu ada, tapi ja-ngan paranoid. Kalau paranoid, semuanya kita curigai,” tandasnya.

Sumber: Media Indonesia
Editor   : Stefanus H. Lopis