Opini  

Kebangkitan Mompreneur

Oleh : Dr. Reniati, SE.,M.Si

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung

 

JUMLAH perempuan saat ini hampir menyamai jumlah laki-laki, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan berdasarkan data Susenas 2014 dan 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Dari total tersebut, penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa sementara perempuan sebanyak 126,8 juta jiwa.

Kenaikan jumlah perempuan menjadikan pola pikir mereka mulai berubah. Perubahan ini tentunya dalam pandangan positif, yaitu bagaimana mereka bisa memberikan kontribusi lebih bagi rumahtangganya. Disamping itu perempuan saat ini tidak ingin menggantungkan hidupnya hanya kepada suami mereka.

Kondisi tersebut memunculkan fenomena;  menjalankan dua peran sekaligus yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjadi pengusaha. Istilah mompreneur adalah sebuah konstruk baru yang merujuk kepada usaha rumahan yang didirikan oleh perempuan dimana mereka dapat menggabungkan antara bisnis dengan tugas tradisional sebagai ibu dalam hal pengasuhan anak dan urusan rumah tangga.

Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri Pada skala usaha mikro dan kecil jumlah pengusaha perempuan lebih dominan, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reniati (2015) ternyata responden usaha mikro dan kecil mencapai 62%. Tentunya ini menjadi kekuatan yang menggerakkan ekonomi daerah.

Betapa tidak satu orang mompreneur akan mampu membiayai keluarganya. Bahkan ada beberapa suami yang tadinya bekerja mandiri atau bekerja kantoran akhirnya memilih membantu usaha sang istri karena melihat potensi usaha yang semakin besar dan tidak mau membiarkan usaha istrinya gagal.

Tetapi ada beberapa kendala yang menghambat perempuan untuk berkembang antara lain faktor sosial dan budaya yang menempatkan posisi perempuan bukan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, sehingga posisinya sebagai mompreneur dianggap tidak penting.

Kedua,  keberhasilan mompreneur belum diimbangi dengan kemampuan mereka mengambil keputusan sendiri. Perempuan pengusaha ketika mengambil keputusan masih meminta pendapat suami atau keluarga, walaupun mereka sebenarnya pemilik usaha.

Ketiga, mayoritas dari mereka tidak memiliki serta tidak memandang penting membangun jaringan bisnis yang luas. Keempat,  keterbatasan dalam hal mobilitas sehingga menghambat mendapatkan akses informasi dan pasar.

Kelima persyaratan dan birokrasi pengajuan pinjaman usaha dan perpajakan yang tidak berpihak kepada perempuan sehingga harus kembali melibatkan suami dalam pemenuhan syarat tersebut. Keenam jika suami atau keluarga tidak mendukung tentu ini menjadi konflik keluarga yang berpotensi menjadikan perceraian.

Untuk itulah pada tahun 2016 kembali dilakukan penelitian oleh Reniati dan Khairiyansya yang bertujuan   untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Entrepreneurial Leadership, Motivasi Berprestasi Serta Konflik Peran Ganda Terhadap Kinerja Usaha Serta Dampaknya Terhadap Kesuksesan Pengusaha Perempuan Kota Pangkalpinang.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dengan jumlah ampel sebanyak 62 pengusaha perempuan.  Teknik analisis data menggunakan Path Analisis yang didapatkan dari kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Entrepreneurial Leadership dan motivasi berprestasi  berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja  Usaha. Konflik peran ganda berpengaruh negatif signifikan terhadap Kinerja Usaha. Entrepreneurial Leadership, motivasi, dan konflik peran ganda memiliki peran 88,9% dalam menjelaskan kinerja usaha .

 

Entrepreneurial Leadership berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja usaha. Ini menunjukkan bahwa makin bagus jiwa kepemimpinan pengusaha perempuan makan makin tinggi peluang kesuksesan usahanya.

 

Menurut Thornberry (2006:24), terdapat 5 dimensi dari entrepreneurial leadership, yaitu: (1) Able to Motivate (2) Visionary (3) Proactiveness (4)Risk Taking (5) Resistent.

 

Adapun  konflik peran ganda berpengaruh negatif terhadap kinerja usaha . Faktor-faktor yang menyebabkan konflik peran ganda adalah faktor internal, faktor eksternal dan faktor relasional. Faktor internal dalam hal ini adalah persoalan yang timbul dalam diri pribadi perempuan bekerja tersebut.

 

Para perempuan harus memainkan perannya sebaik mungkin, baik di tempat kerja maupun di rumah, dengan menjadi ibu yang sabar dan bijaksana untuk anak-anak, menjadi istri yang baik untuk suami, serta rela menjadi ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Keberhasilan memainkan peran tersebut sulit dicapai dan hal inilah yang menyebabkan stres berlebihan.

Faktor Eksternal antara lain :  Pertama, dukungan Suami Dukungan suami diartikan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikann dukungan moral dan emosi terhadap karir dan pekerjaan istrinya.

Kurangnya dukungan suami membuat peran perempuan di rumah tidak optimal kerena terlalu banyak yang masih harus dikerjakan sementara dirinya merasa lelah sesudah bekerja, yang akibatnya menimbulkan rasa bersalah karena merasa dirinya bukan ibu dan istri yang baik.

 

Kedua, kehadiran anak. Semakin kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stres yang dialami oleh perempuan bekerja. Rasa bersalah selama meninggalkan anak selama bekerja, merupakan persoalan yang sering dipendam oleh mereka.

 

Ketiga, masalah pekerjaan. Pekerjaan tentunya merupakan salah satu sumber ketegangan dan stres yang besar pada perempuan bekerja. Hal ini menyebabkan kelelahan fisik dan psikis yang membuat perempuan bekerja menjadi sensitif dan emosional, baik terhadap anak maupun suami.

Faktor Relasional. Dengan bekerjanya istri maka waktu untuk keluarga dan pasangan menjadi terbagi. Walaupun penanganan terhadap pekerjaan rumah tangga bisa diselesaikan dengan disediakannya pengasuh serta pembantu rumah tangga.

Namun ada hal-hal yang sulit dicari pemecahannya, seperti masalah kebersamaan dengan suami dan anak-anak. Pada hal kebersamaan untuk berkumpul bersama suami dan anak merupakan kegiatan penting yang tidak bisa diabaikan, yaitu untuk membina, mempertahankan dan menjaga kedekatan relasi serta keterbukaan komunikasi satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itulah untuk meningkatkan kinerja usaha mompreneur, mereka harus selalu mengasah entrepreneurial leadershipnya, menjaga motivasi untuk berprestasi dan menghindari konflik peran ganda yang dimilikinya sehingga mereka bisa sukses usaha dan sukses keluarga. Intinya sukses menjadi mompreneur. Selamat Hari Ibu!