JAKARTA, LASPELA — Salah satu isu kontemporer yang menggetarkan dunia dan kemanusiaan adalah terorisme. Isu ini menyentuh kemanusiaan karena ia telah menjadi momok bagi anak manusia, menimbulkan ketakutan, kebencian, tragedi kematian moral dan juga suara hati.
Beberapa hari kemarin telah terjadi penembakan masal di sebuah klub malam kaum gay di Orlando, AS. Terhadap aksi ini, Indonesia menyatakan simpatinya dengan mengutuk keras pelakunya. Pemerintah pun tak tinggal diam perihal aksi terorisme yang hadirnya kerap mengejutkan.
Lewat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pemerintah menyatakan keseriusannya dengan menggelar kegiatan bertajuk “Pelatihan Duta Damai Dunia Maya” yang dihadiri 117 penggiat dunia maya dan blogger dari regional Jakarta dan sekitarnya pada 14-16 Juni 2016.
Kepala BNPT Tito Karnavian menjelaskan kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya penanggulangan terorisme melalui media dunia maya. “Penggunaan internet oleh jaringan terorisme cukup intens penyebarannya, ini agak sulit untuk dideteksi. Maka caranya adalah dengan melawan melalui kemampuan adik-adik yang melek teknologi ini sebagai penangkalnya,” tutur Tito.
Lebih lanjut Tito menjelaskan, fenomena penggunaan teknologi internet oleh jaringan teroris khususnya di media sosial, memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan.
Pada satu sisi penggunaan media sosial bisa dimonitoring secara umum, namun sebaliknya BNPT juga kesulitan untuk mencari sejauh mana pergerakan jaringan tersebut, tukasnya. “Seperti pelatihan pembuatan bom dilakukan di media sosial, antara pengajar dan yang diajari tidak perlu tatap muka. Ini cyber training, dan fenomena-fenomena seperti ini memang cukup rawan,” ujar mantan Kapolda Metro Jaya Jakarta ini.
Oleh sebab itu, mengingat keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pencegahan dan pemberantasan terorisme dan radikalisme yang dikhawatirkan merebak di kalangan remaja, BNPT berinisiatif menggelar program tersebut.
Sebelum digelar di Jakarta, program serupa juga telah berjalan di Medan (Sumatera Utara) dan Makassar (sulawesi Selatan) dengan metode pelatihan yang tidak jauh berbeda.
Para peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut antara lain dari Jakarta sebanyak 82 orang, Bekasi dan Bandung masing-masing 5 orang, Tangerang Selatan dan Bogor 3 orang, Depok 2 orang, dan 17 di antaranya merupakan staf dari BNPT.
“Pemerintah perlu bekerja sama dengan semua stakeholder, karena kami tidak bisa bekerja sendiri. BNPT bisa jadi pemimpinnya, kita usaha bersama agar terorisme bisa ditekan,” tutup Tito.
Sumber: antara