gundhul-gundhul pacul-cul
gembelengan
nyunggi-nyunggi wakul-kul
kelelengan
wakul ngglimpang segane dadi sak latar
wakul ngglimpang segane dadi sak latar
HARI-HARI ini media sosial kita dibanjiri oleh lagu-lagu Gundul-gundul Pacul yang dikategorikan lagu anak-anak berbahasa Jawa. Padahal manakala disimak secara seksama lagu itu memiliki filosofi mendalam tentang kepemimpinan di semua tingkatan.
Wikipedia menyebut dua sumber yang menyatakan pengarang lagu ini, yaitu Sunan Kalijaga pada tahun 1400an dan R.C. Hardjosubroto. 600 Tahun lebih sejatinya kita, utamanya para pemimpin telah diingatkan agar tidak gembelengan, sok adigang adigung adiguna sehingga tidak amanah terhadap peran pemimpin.
Gundul gundul cangkul, sembrono
Membawa bakul (di atas kepala) dengan sembrono
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Gundul gundul pacul, gembelengan; Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul adalah cangkul, alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat, merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (lit. “empat yang lepas”), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas.
Seharusnya, dalam konsep filosofi Jawa: Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat, telinga digunakan untuk mendengar nasihat, hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan dan mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Gembelengan artinya “besar kepala, sombong, dan bermain-main” dalam menggunakan kehormatannya. Maka sejatinya, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah kehilangan empat indera tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).
Nyungi nyunggi wakul kul, gembelengan. Nyunggi wakul’ (membawa bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat. Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan),
Maka saat, Wakul ngglimpang segane dadi sak latar. Wakul ngglimpang (bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.
Segane dadi sak latar (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).
Kita semua berharap Para Pemimpin yang kini sedang menjabat hendaknya “membawa bakul di atas kepala (menjunjung amanah rakyat)” dengan sikap yang rendah hati dan tidak sombong. Dengan demikian amanah rakyat tidak jatuh dan kesejahteraan bisa diwujudkan.
***
MENCARI Pemimpin Kepulauan Bangka Belitung ke depan. Itulah pekerjaan besar Negeri Laskar Pelangi hari-hari ini hingga 2017 nanti. Para calon atau kandidat gubernur bermunculan, menawarkan diri melalui semua mekanisme politik dan perseorangan yang ada. Mereka ingin diberi amanah oleh rakyat dan membawa bakul di atas kepalanya supaya tidak tumpah.
Semua pihak berhak menilai dan mengajukan siapa yang layak untuk memimpin negeri ini, dengan argumentasinya masing-masing dengan segala plus minus para calon. Semua pihak juga berhak mengajukan kriteria calon gubernur berdasarkan analisa SWOT masing-masing.
Media Satya NEGERI LASKAR PELANGI (LAS PELA) melalui CATATAN JURNALISTIKnya menginventarisis sumber daya manusia yang masuk nominasi, sering tampil di publik serta masuk dalam ingatan publik khususnya dalam kepemimpinan, berkomitmen dan kontribusi pada masyarakat, sudah pernah memimpin maupun berniat menjadi pemimpin, menimbang rekam jejak serta potensinya dalam menggali akar masalah dan mencari solusi atasnya.
LAS PELA mendata melalui wartawannya di kota dan kabupaten serta mencatat sedikitnya 30 kandidat yang berpotensi bersentuhan dengan Pemilihan Gubernur. Walikota dan Bupati yang sekarang sedang menjabat tercatat berpotensi dan berpeluang menjadi kandidat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, namun demi penuntasan tugasnya tidak semua ditampilkan dalam KANDIDAT GUBERNUR pilihan LAS PELA.
Demikian pula terdata Kandidat-kandidat Muda yang sekarang sedang memimpin organisasi atau perusahaan seperti Johan Riduan Hasan, Thomas Jusman, Bambang Patijaya yang sudah mengenyam Lemhanas namun demi penuntasan serta optimalisasi perannya masing-masing tidak semua ditampilkan dalam KANDIDAT pilihan LAS PELA.
Kandidat muda itu secara serempak mengatakan,”Saatnya belum tiba. Kami akan mendampingi dan memberi kontribusi melalui organisasi dan kiprah profesional kami.”
Kandidat yang terpilih oleh LAS PELA tentu masih berkompetisi melalui mekanisme partai maupun jalur perseorangan (independen). LAS PELA berkeyakinan ketika KANDIDAT pilihan LAS PELA tersebut mengerucut menjadi tiga atau empat pasang, para KANDIDAT lainnya tentu akan berbenah diri, mempersiapkan dengan lebih baik lagi untuk memikul mahkota amanah dalam pemilihan berikutnya. Semoga!