PANGKALPINANG, LASPELA – PT ThorCon Power Indonesia melakukan pemaparan hasil kajian studi ekologi lingkungan kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pemprov Babel) untuk menunjang wacana pembangunan prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di pulau Gelasa Desa Berikat, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng).
“Ini masih dalam tahap kajian, pemerintah meminta kita membuat banyak kajian, salah satu kajian itu adalah kajian ekologi lingkungan. Dan kita sudah hampir setahun menyelesaikan kajian di Pulau Gelasa ini, dan ini sudah selesai untuk hasilnya positif lah. Tentunya kedepan kita akan melakukan AMDAL dan seterusnya, tata ruang, dan proses ini masih panjang,” kata
Operasi Thorcon Power Indonesia, Bob S Effendi, usai melakukan pemaparan di Rumdin Gubernur Babel, Rabu (29/3/2023).
Bob mengatakan, hasil kajian ini menjadi langkah awal atau langkah konkrit dalam proses wacana pembangunan PLTN.
Selama dua tahun melakukan kajian, pihaknya sedang mengemas hasilnya menjadi proposal yang akan diberikan ke pemerintah, kemudian diharapkan pemerintah memberikan payung hukum berupa Perpres.
“Rata-rata dari kajian itu tidak ada dampak yang tidak bisa dimitigasi, intinya gitu, setiap pembangunan itu pasti berdampak, gak mungkin gak berdampak, tapi dari hasil kajian itu semua ada mitigas dan bisa dimitigasi,” ujarnya.
Ditanya apakah ada dampak yang berbahaya untuk thorium di bawah laut ini, langsung ditepis Bob yang mana ia menyebutkan kalau tidak ada bahaya discarge yang keluar itu hanya panas, sesuai regulasi dari KLHK itu ada batas minimum yang discarge.
“Tapi yang kami kaji panasnya discharge air itu masih dalam batas ambang limit yang di perbolehkan,” jelasnya.
Dia menyebutkan, saat ini kebijakan pemerintah tentang energi nasional sudah mulai berubah, tahun ini akan diketok, begitu juga rencana umum energi nasional, RUU energi baru terbarukan (EBT) serta kebijakan energi nasional semuanya akan dibongkar total.
“Kita pastikan 100 persen nuklir akan menjadi salah satu energi yang dibutuhkan,” harapnya.
Bob menambahkan, saat ini pemerintah sudah menetapkan nuklir menjadi salah satu alternatif energi terbarukan.
“Ketika pemerintah dunia menetapkan batubara harus ditutup maka pemerintah akhirnya berpikir, apa gantinya maka itulah sebabnya nuklir itu ada rilisnya Sekjen Dewan Energi Nasional (DEN) usulkan nuklir jadi prioritas energi nasional. 2040 itu pemerintah menetapkan 8 Gigawatt PLTN, 2060 itu 54 Gigawatt,” jelasnya.
Lanjut Bob, saat ini 70 persen listrik di Indonesia menggunakan batu bara, begitu juga dengan Babel ini sendiri masih membutuhkan listrik yang sangat besar yang sumbernya dari PLTU Air Anyer dan PLTD,PLTD lainnya.
“Saat ini di dunia sudah menetapkan menutup pemakaian batu bara ditahun 2040 nanti secara bertahap, jadi untuk menggantikannya pakai energi apa. Jika kita menggantikan dengan kekuatan baru yang harganya pun harus lebih murah dan ekonomis,” tutupnya.(chu)