Pesta Adat Dodol Bergema Desa Penyampak, Joko: Dodol Dimasak Belasan Jam di 56 Kawah

Warga Desa Penyampak memasak dodol dalam acara Pesta Adat Dodol Bergema di lapangan bola desa setempat, Rabu (1/3/2023).(Foto: Oma Kisma/Laspela)

TEMPILANG, LASPELA– Warga Desa Penyampak, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat (Babar) menggelar Pesta Adat Dodol Bergema di lapangan bola desa setempat, Rabu (1/3/2023). Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian acara yang digelar menyambut bulan ramadan setiap tahunnya.

Ketua Panitia Pesta Adat Dodol Bergema, Joko Malis mengatakan, dari 15 RT yang ada di Desa Penyampak, hari ini warga memasak dodol sebanyak 56 kawah atau kuali dengan ukuran besar secara serentak yang nantinya akan dibagikan ke tamu pada acara pesta kampung.

“Buat dodol ini adalah awal mengadakan sedekah kampung, hari berikut membuat ketupat dan lepat. Kemudian hari minggu tanggal 5 maret sedekah (pesta) satu kampung,” ucapnya, Rabu (1/3/2023).

Menurut Joko Malis tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dari ia kecil hingga sudah kepala empat tradisi tersebut terus dilestarikan. Namun, untuk agenda dodol bergema, menurutnya, baru digaungkan sejak tahun 2011 lalu.

“Mungkin tradisi ini sudah menyampai ratusan tahun, semenjak saya kecil dodol ini sudah ada dimana umur saya sekarang sudah 44 tahun. Dodol bergema sejak tahun 2011 sampai sekarang,” ungkapnya.

Kemudian menurut Joko, ciri khas dodol Desa Penyampak dibuat dengan waktu belasan jam dan bisa tahan tiga sampai empat bulan meskipun tanpa bahan pengawet. Kemudian untuk bahan utama beras ketannya warga menanam sendiri.

“Kalau bahan dodolnya seperti ketan, ketan itu tidak boleh beli di toko ketan itu harus ketan khusus yakni ketan murni, kelapa, gula aren, gula pasir, ada sedikit minyak kelapa,” katanya.

Sementara itu, Camat Tempilang, Rusian berharap kegiatan seperti itu tetap dilaksanakan dan dirinya berencana untuk menjadikan Kecamatan Tempilang sebagai tempat objek wisata yang dapat dibanggakan.

“Kita ingin menjadikan tempilang ini menjadi Kecamatan pariwisata, kenapa tidak kita memiliki perang ketupat yang sudah tersohor, kemudian ada Benteng Kota (bangunan heritage),” katanya. (Oka)